Pasalnya, bahaya bagi perusahaan jika kembali merugi karena terpaksa menahan harga Pertamax sebesar Rp 12.500-Rp 13 ribu per liter.
"Kalau Pertamina rugi urusan panjang, kan memang Pertamax kebijakan korporasi jadi bergantung pada harga penyediaan Pertamina gitu," terang Fabby.
Baca Juga:
Pertamina Patra Niaga Salurkan Bantuan ke 7 Posko Erupsi Gunung Lewotobi
Menurut dia, sudah waktunya Pertamina menjual harga BBM sesuai harga keekonomian. Hal ini agar keuangan perusahaan lebih sehat ke depannya.
"BBM jenis Pertamax di SPBU non Pertamina itu lebih tinggi dari harga yang ditetapkan Pertamina," kata Fabby.
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan harga Pertamax disubsidi negara karena bisa dijual di harga Rp12.500-Rp13 ribu per liter. Sementara, BBM sejenis Pertamax di Shell sudah tembus Rp17 ribu per liter.
Baca Juga:
Pertamina Manfaatkan Potensi Alam untuk Serap Karbon Lewat Dua Inisiatif Terintegrasi
"Jadi Pertamax pun sebenarnya disubsidi oleh pemerintah. Nah ini salah satu menjadi catatan yang cukup menggelitik kalau misalnya kita mengisi bensin Pertamax kok harga bisa murah. Sebenarnya, itu subsidi," ujar Erick.
Namun, Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan penjualan Pertamax tak disubsidi pemerintah, melainkan disubsidi sendiri oleh perusahaan.
"Pertamax itu jenis bahan bakar umum yang secara ketentuan harganya ditentukan badan usaha, tidak ada kompensasi bagi badan usaha," ungkap Irto.