Konsumen.Net | Nama Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan jadi sorotan publik lantaran diduga terlibat bisnis polymerase chain reaction atau PCR.
Luhut memberikan klarifikasi bahwa tak pernah mengambil keuntungan bisnis PCR yang dijalankan PT Genomik Solidaritas Indonesia (PT GSI).
Baca Juga:
Industri Fintech Bergolak di IFSE 2024, OJK Serukan Perlindungan Konsumen
Diketahui, 2 perusahaan yang terafiliasi dengan Luhut, PT Toba Sejahtra dan PT Toba Bumi Energi, tercatat mempunyai saham di PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI).
Luhut menjelaskan, sejak awal tujuan PT GSI bukan mencari profit bagi pemegang saham. Keuntungan GSI justru banyak digunakan untuk memberikan tes swab gratis kepada masyarakat.
Dia dan kolega menyadari Indonesia masih kekurangan stok tes Covid-19. Sehingga, PT GSI sepakat membantu fasilitas tes Covid-19 dengan kapasitas yang besar.
Baca Juga:
Pelindungan Konsumen Sistem Pembayaran
Dalam tulisan yang dibagikan dalam akun instagramnya, senior Golkar ini mengklaim dirinya justru mendorong agar harga tes PCR diturunkan. Dia juga mengakui turut menginisiasi penggunaan antigen sebagai syarat perjalanan bagi masyarakat.
Berikut klarifikasi lengkap Luhut yang dikutip dari akun instagramnya, Kamis (4/11):
"Saya ingin menegaskan beberapa hal lewat tulisan ini. Pertama, saya tidak pernah sedikit pun mengambil keuntungan pribadi dari bisnis yang dijalankan PT Genomik Solidaritas Indonesia.
Seperti sama-sama kita tahu, pada masa-masa awail pandemi tahun lalu, Indonesia masih terkendala dalam hal penyediaan tes Covid-19 untuk masyarakat.
GSI ini tujuannya bukan untuk mencari profit bagi para pemegang saham. Sesuai namanya, Genomik Solidaritas Indonesia, memang ini adalah kewirausahaan sosial, sehingga tidak sepenuhnya bisa diberikan secara gratis.
Partisipasi yang diberikan melalui Toba Bumi Energi merupakan wujud bantuan yang diinisiasi oleh rekan-rekan saya dari Grup Indika, Adaro, Northstar, dan lain-lain yang sepakat bersama-sama membantu penyediaan fasilitas tes Covid-19 dengan kapasitas yang besar. Bantuan melalui perusahaan tersebut merupakan upaya keterbukaan yang dilakukan sejak awal.
Kenapa saya tidak menggunakan nama yayasan? Karena memang bantuan yang tersedia berada dari perusahaan. Dan memang tidak ada yang saya sembunyikan di situ.
Kedua, hingga saat ini tidak ada pembagian keuntungan baik dalam bentuk dividen maupun dalam bentuk lain kepada pemegang sahamnya. Keuntungan GSI justru banyak digunakan untuk memberikan tes swab gratis kepada masyarakat yang kurang mampu dan tenaga kesehatan di garda terdepan, termasuk di RSDC wisma atlet.
Saya juga selalu mendorong agar harga tes PCR bisa diturunkan sehingga dapat terus menjangkau masyarakat yang membutuhkan. Pun ketika kasus menurun awal september lalu, saya juga yang meminta agar penggunaan antigen dapat diterapkan pada beberapa moda transportasi yang sebelumnya menggunakan PCR sebagai persyaratan utama.
Pemberlakuan aturan PCR yang diberlakukan kemarin karena saya melihat adanya peningkatan resiko penularan akibat peningkatan mobilitas di Jawa Bali dan penurunan displin protokol kesehatan.
Sejujurnya saya tidak pernah terbiasa untuk melaporkan atau menunjukkan segala bentuk perbuatan yang bersifat donasi seperti ini, karena bagi saya jika tangan kanan memberi, tangan kiri tak perlu tahu. Namun, saya berkesimpulan harus menjelaskan dengan detail sesuai fakta yang ada dikarenakan ada disinformasi yang efeknya tidak hanya menimbulkan kegaduhan tetapi juga memunculkan ketakutan bagi mereka yang punya niat tulus dan semangat solidaritas tinggi untuk melihat negeri ini bangkit lalu pulih dari pandemi.
Saya terus berharap agar semangat solidaritas yang digalang oleh berbagai pihak untuk menanggulangi pandemi, bisa bermanfaat bagi pulihnya NKRI. Dan bukankah itu semua harapan kita bersama selama ini?
Salam, Luhut Binsar Pandjaitan. [Ass]