WALINKI ID | Tahun ini Badan Geologi Kementerian ESDM mengungkapkan rencana penelitian keberadaan logam tanah jarang di Parmonangan, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara.
Secara keseluruhan ada lima survei eksplorasi mineral logam yang dijadwalkan dilakukan tahun ini.
Baca Juga:
Pemprov Harap Harta Karun Lombok Disimpan di Museum NTB
Mengutip Tempo, Sabtu (22/1/2022), Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Eko Budi Lelono, mengungkap itu dalam konferensi pers daring tentang capaian kinerja lembaganya, Jumat (21/1/2022).
Selain di Tapanuli Utara, Eko menuturkan, lokasi lainnya adalah penyelidikan logam mulia di Simanguntong Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara dan Hulawa di Gorontalo; penyelidikan logam mulia dan logam dasar di Watulimo, Trenggalek; serta penyelidikan umum geokimia regional di Seram, Maluku.
Eko juga mengatakan, setiap tahun lembaganya menerbitkan buku Sumber Daya dan Cadangan Mineral Batubara dan Panas Bumi.
Baca Juga:
Harta Karun Raksasa RI di Natuna Bakal Dilelang!
Kajian mengenai logam tanah jarang dan logam lainnya akan masuk dalam buku tersebut.
“Mudah-mudahan kami selesaikan bulan ini sehingga buku Sumber Daya dan Cadangan itu bisa segera diterbitkan sehingga masyarakat bisa tahu sebenarnya berapa potensi-potensi yang ada di daerah-daerah yang disebutkan baik di Sidoarjo maupun di Tapanuli,” kata Eko.
Menurutnya, Badan Geologi melakukan penyelidikan logam tanah jarang berdasarkan cetak biru yang disusunnya. Baik yang di Lumpur Lapindo Sidoarjo maupun lainnya.
"Road-map khususnya untuk di Tapanuli Utara, juga di Kalimantan Selatan juga ada potensi logam tanah jarang. Ini sudah ada road-map secara detil,” kata dia.
Sebagai gambaran, timah dan logam tanah jarang memiliki hubungan yang cukup erat. Logam tanah jarang diperoleh dari pertambangan timah yang menghasilkan monasit.
Jenis ini paling memungkinkan untuk dikembangkan menjadi sejumlah produk. Selain itu, timah tanah jarang juga dapat dimanfaatkan untuk industri kesehatan, seperti teknologi pendeteksi kanker dan jenis penyakit lagi.
Lainnya adalah pembangkit listrik, penyimpanan listrik, dan pendukung tambang, hingga kebutuhan untuk kendaraan bermotor berbasis baterai. Kajian potensi mineral pertambangan timah yang sempat dilakukan Kementerian ESDM pada 2017 menemukan volume endapan mengandung logam tanah jarang di Indonesia cukup besar.
Di Sumatra terdapat setidaknya 19.000 ton logam tanah jarang. Kemudian di Pulau Bangka Belitung sekitar 383.000 ton, serta Kalimantan dan Sulawesi masing-masing memiliki minimal 219 dan 443 ton logam tanah jarang.
Di tingkat global, China memproduksi 84 persen dari total produksi logam tanah jarang dunia. Kemudian Australia 11 persen, Rusia 2 persen, Brazil dan India sebanyak 1 persen. [tum]