WALINKI ID | Meski pemerintah telah membuat kebijakan berulang-ulang, sampai akhirnya mencabut aturan harga eceran tertinggi (HET) Minyak Goreng, kebijakan tersebut nyatanya belum efektif.
Terbukti di sejumlah daerah di Indonesia harga minyak goreng masih di atas Rp 14.00 per liter.
Baca Juga:
Pelindungan Konsumen Sistem Pembayaran
Dari hasil riset Ombudsman RI, di Provinsi Riau, Sumatera Selatan, dan DKI Jakarta misalnya, harga minyak goreng curah masih dibanderol Rp 12 ribu hingga Rp 20 ribu per liter.
Masalah minyak goreng belum selesai, harga tahu dan tempe juga ikut-ikutan naik karena lonjakan harga kedelai.
Setelah menggelar aksi mogok produksi beberapa waktu lalu, para perajin mengatakan tempe akan naik sekitar 20 persen atau Rp 1.000 per potong untuk ukuran 400 gram dari Rp 5.000 menjadi Rp6.000 per potong.
Baca Juga:
Menuju Satu Dekade Memberi Manfaat, Pemerintah Terus Dorong KUR untuk Usaha Produktif
Sedangkan untuk harga tahu tak berubah di kisaran Rp500 per potong-Rp700 per potong sesuai ukuran dan jenis. Hanya saja, ukurannya diperkecil untuk mengimbangi kenaikan harga kedelai.
Terbaru, harga daging sapi juga ikut melambung. Harganya melonjak menjadi Rp130 ribu hingga Rp150 ribu per kilogram (kg). Padahal, harga normal daging sapi hanya Rp120 ribu per kg.
Dalam keadaan seperti ini, lantas seperti bagaimana menyisihkan uang belanja agar tetap cukup untuk membeli kebutuhan pokok?
Harga Daging Sapi Naik Tembus Rp 150 Ribu per Kg
Perencana Keuangan Tatadana Consulting Tejasari Assad mengatakan untuk menyisihkan uang belanja tentu harus diambil dari pendapatan di awal bulan. Jumlahnya tentu sudah ditentukan oleh setiap orang per bulannya.
Namun dalam keadaan harga pangan yang tinggi, kata dia, Anda harus mengalokasikan dana lebih untuk uang belanja.
"Berarti alokasinya dari awal harus kita pisahkan duluan untuk konsumsi yang sudah naik, jika penghasilannya tetap berarti salah satunya mengurangibudgetyang lain," ujarnya kepada CNNIndonesia.com, kamis (24/2).
Artinya, Anda mau tidak mau harus mengurangi biaya dari kebutuhan pokok lain agar bisa dialokasikan untuk uang belanja.
Ia mencontohkan dengan mengurangi konsumsi listrik atau biaya transportasi, maka uang yang dikeluarkan untuk kebutuhan tersebut akan lebih sedikit dari biasanya. Kemudian, karena dana untuk listrik dan transportasi menjadi kecil, sisa dana yang Anda miliki bisa dialokasikan untuk uang belanja.
"Jadi mengalihkan pengeluaran lainnya untuk ditambahkan ke konsumsi," sambung Tejasari.
Lebih lanjut, ia menyampaikan jika tidak bisa memindahkan dana lain untuk uang belanja. Anda bisa mencoba mencari penghasilan tambahan.
"Kalau memang budget yang lain sudah tidak bisa dikurangi, itu cara lain untuk bisa menyesuaikan kondisi sekarang ini," terang dia.
Sementara itu, Perencana Keuangan Oneshildt Financial Planning Mohammad Andoko mengatakan Anda bisa menambahkan anggaran uang belanja dengan cara mengurangi kebutuhan lain yang kurang penting.
"Jika kita banyak mengeluarkan uang kecil untuk hal-hal tidak penting, seperti rokok, kopi, dan membership yang malah tidak dipakai, ini bisa dikurangi," katanya.
Dengan begitu, menurutnya uang 'recehan' yang bisa digunakan untuk kebutuhan tersebut selanjutnya bisa dialokasikan untuk uang belanja.
Sama seperti Tejasari, ia juga menyarankan untuk memindahkan sedikit biaya dari kebutuhan pokok untuk biaya belanja. Selain itu, biaya entertain seperti liburan atau langganan TV kabel juga bisa dikurangi.
Meski demikian, ia menambahkan jika dana Anda untuk kebutuhan belanja sudah tidak bisa ditambah lagi dari alokasi dana lain, maka porsi belanja Anda yang bisa disesuaikan.
Ia mencontohkan jika harga daging sapi saat ini naik, Anda bisa menggantinya dengan daging ayam atau ikan.
Atau, ia melanjutkan jika harga minyak masih tinggi, Anda bisa mencoba untuk mengkonsumsi bahan makanan dengan cara direbus.
“Dari pada beli yang lebih mahal kenapa kita tidak coba yang lebih murah saja," tandasnya. [tum]