WALINKI ID | Pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menargetkan, pemanfaatan harta karun super langka dalam hal ini Logam Tanah Jarang (LTJ) atau rare earth element (RRE) di Indonesia dapat dimulai pada 2032 mendatang atau 10 tahun lagi.
Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara (Dirjen Minerba) Kementerian ESDM, Ridwan Djamaluddin menjelaskan dalam pemanfaatannya, pihaknya akan fokus terhadap estimasi sumber daya, cadangan dan inventarisasi LTJ dari hasil pengolahan. Sementara untuk bagian hilir, maka Kementerian ESDM akan menyerahkannya kepada Kementerian Perindustrian.
Baca Juga:
Lokakarya Nasional 100 Tahun Aspal Buton Dibuka Sekda Sultra di Pasarwajo
Oleh sebab itu, Ridwan berharap adanya harmonisasi antar dua Kementerian ini ke depannya, terutama terkait dengan pengembangan industri LTJ di Indonesia.
"Strategi kami eksploitasi banyak dilakukan di beberapa tempat di Bangka, Sulawesi, Papua Barat untuk melakukan inventarisasi dan eksploitasi 10 tahun ke depan," kata dia dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII, Senin (11/4/2022).
Selain itu, pemerintah juga akan bekerja sama dengan penyedia jasa teknologi untuk pengembangan harta karun super langka ini. Sehingga ketika nantinya sudah menjadi komoditas yang dapat diperdagangkan, maka pemerintah akan membuat tata kelola perdagangan Logam Tanah Jarang.
Baca Juga:
Pemprov Bengkulu dan BPH Migas Rancang Kerja Sama Pengawasan BBM Subsidi
Sementara, Direktur Utama PT Timah, Achmad Ardianto menjelaskan bahwa saat ini ketersediaan teknologi menjadi tantangan tersendiri terkait pemanfaatan LTJ di dalam negeri. Oleh sebab itu, perusahaan telah menandatangani kesepakatan kerja sama dengan Canada Rare Earth Corporation untuk mencari teknologi yang tepat.
"Ini G to G, pendekatannya diendorse oleh Kedutaan Kanada untuk mencari teknologi yang bisa scale down ke 1000 ton. Mudah-mudahan ini tahapan dari proyek ini bisa tuntas sehingga akhir tahun bisa go," ujarnya.
Adapun, jika kerja sama dengan Kanada tak membuahkan hasil, maka perusahaan akan mencari pihak penyedia teknologi lainnya. Setidaknya opsi yang paling gampang dalam mendapatkan teknologi yang sudah terbukti yaitu ke China.
Namun demikian, Achmad menyadari bahwa opsi itu tidak memungkinkan. Pasalnya, China sangat tertutup sekali mengenai teknologi untuk pengolahan dan pemanfaatan LTJ.
"China mau mengeluarkan tapi itu teknologi yang sudah lama, yang terkini gak dilepas jadi mungkin bukan pilihan yang terbaik. [tum]