WALINKI ID | Uni Eropa mengusulkan untuk melarang impor minyak Rusia dan menghapus bank terbesar negara itu dari jaringan pembayaran internasional, SWIFT. Usulan itu diajukan sebagai imbas dari invasi Rusia ke Ukraina.
"Sekarang, kami mengusulkan larangan terhadap minyak Rusia. Mari kita perjelas: itu tidak akan mudah. Namun, kita harus mengusahakannya," ujar Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, seperti dikutip CNN, Rabu (4/5).
Baca Juga:
Kemendag Ajak Eksportir Melek Kebijakan Karbon di Negara Tujuan Ekspor
"Kami akan memastikan bahwa kita menghapus minyak Rusia secara terukur, untuk memaksimalkan tekanan pada Rusia, sambil meminimalkan dampak pada ekonomi kita sendiri."
Meski masih harus mendapatkan persetujuan dari seluruh anggota UE, kabar mengenai usulan larangan impor ini sudah mendorong harga minyak mentah.
Minyak berjangka jenis Brent naik 2,4 persen menjadi US$107 per barel. Sementara itu, minyak berjangka AS naik 2,7 persen menjadi US$105 per barel pada pukul 03.30 waktu setempat.
Baca Juga:
Uni Eropa Berlakukan Tarif Tinggi Mobil Listrik Buatan China
Harga minyak memang sudah naik sekitar 40 persen sejak awal tahun ini, di tengah kekhawatiran invasi Rusia ke Ukraina akan memicu kondisi tak terduga terhadap pasokan. Hal itu juga memicu inflasi pada ekonomi Eropa.
Untuk menekan Rusia di tengah invasi, negara-negara Uni Eropa telah setuju untuk menghentikan impor batu bara Rusia.
Namun, para negara anggota merasa jauh lebih sulit untuk mencapai konsensus mengenai sanksi minyak, meski telah membahasnya selama beberapa pekan.
Di sisi lain, Hungaria baru-baru ini menegaskan kembali bahwa mereka menentang usulan embargo minyak. Sementara itu, Slovakia dilaporkan tengah mengupayakan pengecualian.
Rusia merupakan negara pengekspor minyak mentah terbesar kedua di dunia. Tahun lalu, negara itu menyumbang sekitar 27 persen dari impor minyak Uni Eropa.
Terlepas dari Uni Eropa, negara-negara lain, seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, dan Australia sudah lebih dulu melarang impor minyak Rusia. [tum]