WALINKI ID | Proving flight adalah proses uji operasional guna memastikan kesiapan maskapai dalam mengoperasikan pesawat udara di sejumlah rute yang diterbangi dan merupakan bagian dari proses re-sertifikasi assessment dalam pemberian air operator certificate (AOC) sebelum melakukan penerbangan komersial.
Sebagai persiapan beroperasinya kembali penerbangan, maskapai TransNusa melakukan proving flight dengan rute Bandara Soekarno-Hatta menuju Bandara Internasional Yogyakarta (YIA) dengan pesawat Airbus A320 Neo registrasi PK-TLA pada Kamis (3/2/2022).
Baca Juga:
Permintaan Tinggi, Sumatera Barat kembali Ekspor Cecak 670 Kg ke Hong Kong
“Kesuksesan proving flight ini merupakan milestone dari proses re-sertifikasi AOC sebelum akhirnya TransNusa beroperasi kembali dengan armada pesawat dan rute-rute yang baru,” kata Direktur Utama TransNusa Bayu Sutanto dalam keterangan resmi, Sabtu (5/2).
Dia menambahkan, setelah proving flight dari Bandara Soekarno-Hatta ke YIA, akan dilanjutkan proving flight ke Bandara Eltari, Kupang serta bandara-bandara lainnya yaitu Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Denpasar serta Bandara Internasional Juanda, Surabaya.
Menurut dia, diharapkan setelah melakukan proving flight selama lima hari dengan baik dan setelah melengkapi dokumentasi. AOC baru akan diterbitkan oleh Direktorat Jendaral Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sehingga TransNusa bisa segera melakukan operasi penerbangan komersial dengan armada pesawat Airbus A320 sebanyak tiga unit.
Baca Juga:
PMN bakal Percepat Pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera
Selama ini, PT TransNusa Aviation Mandiri (TAM) adalah maskapai penerbangan domestik Indonesia yang melayani wilayah timur Indonesia, terutama Nusa Tenggara dan Sulawesi bagian selatan. Basis utamanya adalah Bandara El Tari.
Diluncurkan pada Agustus 2005 melayani berbagai tujuan dari Kupang, Timor, menggunakan pesawat carter dari Pelita Air dan Trigana Air Service. Pada Agustus 2011, TransNusa memasuki tahap baru dengan menerima sendiri AOC dan izin penerbangan niaga berjadwal.
Seiring pertumbuhan perusahaan yang pesat dan beradaptasi dengan tren di Industri penerbangan mulai Desember 2021 TransNusa beralih konsep low cost carrier (LCC) atau berbiaya rendah dan akan menggunakan pesawat bermesin jet sebagai armada utamanya.
Sebelumnya maskapai TransNusa sempat berhenti sementara dikarenakan pandemi Covid-19 yang membuat tingkat isian pesawat yang tak kunjung ekonomis. Terakhir, TransNusa menyatakan setop beroperasi sementara pada September 2020 lalu.
Kini, TransNusa bersiap beroperasi lagi dengan menggunakan pesawat jet Airbus A320 Neo. Berbeda dari sebelumnya yang mengoperasikan pesawat propeller atau baling-baling.
Corak pesawatnya pun mengalami perubahan dari sebelumnya didominasi warna putih dengan aksen merah berubah menjadi berwarna putih dengan aksen biru dan kuning. Selain itu, di pesawat terbaru juga tertera tulisan TransNusa beserta keterangan member of Linkasia.
Sementara itu, TransNusa sendiri sempat mengumumkan kerja sama strategis dengan salah satu perusahaan penyedia pesawat terbesar di dunia, yakni China Aircraft Leasing Group (CALC) pada Desember 2019.
Adapun dalam keterangan CALC pada situsnya yang diunggah pada 5 Maret 2020 lalu, perusahaan mengumumkan bahwa akan berinvestasi ke maskapai Indonesia, yakni PT TransNusa Aviation Mandiri melalui subsription agreement atau perjanjian penyertaan modal oleh Aviation Synergy Limited (Aviation Synergy).
Dengan itu, CALC setuju secara tidak langsung berinvestasi dan mengambil alih 35,68% saham TransNusa dengan total nilai US$ 28 juta. Adapun dalam laporan tahunan periode 2020 CALC diungkapkan bahwa Aviation Synergy sekarang dikenal dengan nama Linkasia Airlines Group Limited.
Sebagaimana diketahui, selama ini sejumlah maskapai LCC telah beroperasi di Indonesia, salah satunya yang terbesar pangsa pasarnya adalah Lion Air dan ada juga anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA), yaitu Citilink Indonesia.
Maskapai AirAsia pun bermain di segmen LCC. Terbaru ada maskapai Super Air Jet yang juga bersegmen LCC yang beroperasi mulai tahun lalu. Super Air Jet dikabarkan didirikan oleh Rusdi Kirana yang juga merupakan bos Lion Air Group. Namun, hingga saat ini belum ada konfirmasi jelas dari pihak Rusdi Kirana terkait kepemilikan Super Air Jet.
Selain itu, anak usaha PT Pertamina, Pelita Air juga berencana mengoperasikan pesawat jet Airbus A320. Akan tetapi, Kemenhub menyebutkan Pelita Air bakal beroperasi dengan konsep medium service.
Segmen medium service tersebut selama ini ditawarkan oleh Grup Sriwijaya Air. Sementara, Garuda Indonesia dan Batik Air ada di segmen full service atau layanan penuh.
Pengamat penerbangan Arista Atmadjati menilai, potensi pasar penerbangan LCC di Indonesia memang sangat besar ke depannya.
Apalagi, beberapa maskapai telah menyusut jumlah armadanya karena tekanan pandemi Covid-19 sehingga pemain-pemain baru berpeluang masuk dan ikut menggarap pasar yang ada.
Di masa mendatang, jelas dia, persaingan di pasar LCC ini akan semakin ketat dengan banyak pemain. Tentu ada kekhawatiran perang harga.
Namun, Arista mengatakan, semua itu tergantung situasional, apakah peak atau low season, harga avtur, mekanisme pasar, dan aturan tarif batas bawah penerbangan kelas ekonomi. [tum]