WALINKI ID | Harga daging babi di Thailand masih 140 bath atau sekitar Rp 60.000 per kilogram di Desember 2021. Namun kini harganya 250 bath per Januari 2022.
'Kiamat' daging babi melanda Thailand. Negara itu kekurangan daging babi, bagian penting dari makanan pokok warga Negeri Gajah Putih.
Baca Juga:
Inflasi China Tembus Rekor Dalam 2 Tahun, Gegara Daging Babi?
Harga pun diyakini akan makin tinggi. Apalagi Thailand akan segera merayakan Tahun Baru Imlek.
Apa yang terjadi?
Mengutip Thaipbsworld, sebenarnya hal ini didorong oleh penurunan produksi babi dan kenaikan permintaan di tengah sedikit meradanya pandemi Covid-19. Produksi babi tahun lalu turun menjadi 19 juta ekor, dari 20 juta ekor tahun sebelumnya.
Baca Juga:
Viral! Pemilik Usaha Nasi Padang Babi Minta Maaf
Konsumsi domestik juga mengalami penurunan sejak pandemi dimulai. Apalagi, dengan adanya pembatasan, penguncian, serta penurunan tajam jumlah wisatawan asing.
Belum lagi banjir para yang menyerang banyak provinsi tahun lalu. Biaya pencegahan pandemi juga mahal.
Namun yang paling mencekik adalah pakan yang naik juga menyusahkan petani. Padahal hal itu menyumbang 60-70% biaya produksi babi.
Kenaikan terjadi akibat mahalnya kedelai dan jagung. Di mana harga sempat mencapai 12,50 bath per kilogram than lalu.
"Ini memaksa banyak petani gulung tikar," tulis laman itu.
Pemerintah Thailand sendiri juga dituding menutup-nutupi fakta lain. Yakni demam babi Afrika (ASF), yang disebut seorang anggota parlemen Wisuth Chainaroon, makin parah tiga tahun terakhir.
Sementara itu kekurangan daging babi membuat banyak konsumen Thailand beralih ke daging buaya. Peternakan yang awalnya menjual kulit buaya untuk industri fesyen kini kebanjiran permintaan daging.
Ilustrasi Buaya
Banyak penjual makanan dan restoran datang kepada saya untuk meminta daging buaya untuk dibeli," kata salah seorang pertenak Wichai Roongtaweechai dikutip dari Nikkei Asia.
Penjualan daging buaya melonjak 100 kilogram per harı, dari 20 kilogram per hari. Ia mengaku bisa mendapatkan sekitar 50 kg daging dari setiap buaya.
Harga juga kini mengalami kenaikan menjadi antara 80-190 bath. Bagian yang laris manis adalah ekor karena lembut, kenyal dan rendahlemak.
Larangan Ekspor
Sementara itu, pemerintah berusaha memperbaiki situasi dengan melarang ekspor babi bidup. Aturan berlaku hinga 5 April uituk meningkatkan masakan babi lokal.
Bank untuk Koperasi Pertanian dan Pertanian (BAAC) yang dikelola negara juga diminta memberikan pinjaman lunak senilai 30 miliar bath. Ini untuk mendukung para petani dalam upaya untuk meningkatkan produksi pakan babi dan ternak.
Presiden BAAC, memperkirakan bahwa 90% dari total 190.000 peternak babi Thailand adalah petani kecil yang menyumbang sekitar 30% dari total produksi. BAAC menghitung 59.205 dari mereka sebagai pelanggannya.
Produsen menengah dan besar membentuk 3% dari total produsen tetapi mereka mencapai hingga 70% dari total babi, diperkirakan rata-rata 22 juta per tahun. Di mana 90%-nya adalah untuk konsumsi domestik. [tum]