Wahanakonsumen.com | Harga minyak naik pada perdagangan Senin (13/9/2021), di tengah kecemasan penutupan produksi di Amerika Serikat (AS) lantaran kerusakan akibat Badai Ida.
Analis memperkirakan harga akan tetap dalam kisaran stabil selama beberapa bulan mendatang.
Baca Juga:
Bocah Palestina Meninggal Akibat Serangan Jantung saat Lari dari Kejaran Tentara Israel
Minyak mentah Brent naik 0,81% menjadi US$ 73,51 per barel dan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 1,05% jadi US$ 70,45 per barel. Brent telah bertahan di kisaran US$ 70 dan US$ 74 per barel selama 3 minggu terakhir.
"Harga minyak mungkin tidak memiliki banyak ruang untuk naik dalam waktu dekat, tetapi pada saat yang sama diperkirakan tidak langsung jatuh," kata analis PVM, Stephen Brennock.
Administrasi Informasi Energi AS (EIA) pekan lalu memperkirakan harga Brent akan tetap mendekati level saat ini untuk sisa tahun 2021, rata-rata US$ 71 per barel selama kuartal keempat.
Baca Juga:
Kunjungi Mitra di Indonesia, AS Bahas Upaya Memajukan Transisi Energi
“Pasar masih membutuhkan kejelasan tentang dampak virus dalam waktu dekat dan sampai kita mendapatkannya, sepertinya sebagian besar aset, termasuk minyak, dapat terus bergerak,” kata Howie Lee, ekonom di bank OCBC Singapura.
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) pada Senin memangkas perkiraan permintaan minyak dunia untuk kuartal terakhir tahun 2021, menyusul varian virus corona delta. OPEC mengatakan pemulihan lebih lanjut sebagian akan tertunda hingga tahun depan. OPEC memperkirakan permintaan minyak rata-rata 99,7 juta barel per hari (bph) pada kuartal keempat 2021, turun 110.000 bph dari perkiraan bulan lalu.
Harga minyak masih mendapat dukungan dari dampak Badai Ida. Sekitar tiga perempat dari produksi minyak lepas pantai di Teluk Meksiko, AS atau sekitar 1,4 juta barel per hari, tetap terhenti sejak akhir Agustus.