WahanaKonsumen.com| Ikan Bubara merupakan komoditas favorit pembudidaya Karamba Jaring Apung (KJA) di Maluku. Pasalnya, laju pertumbuhannya cukup cepat, yakni hanya membutuhkan waktu 5-6 bulan untuk mencapai ukuran konsumsi.
Menurut Perekayasa Ahli Madya di Balai Perikanan Budidaya Laut (BPBL) Ambon, Hariyano, ikan bubara juga tahan akan penyakit, mudah diberi pakan, dan tingkat kelangsungan hidupnya tinggi yaitu mencapai 90 persen.
Baca Juga:
Serangan Brutal KKB di Papua: Satu Polisi Tewas, Warga Terluka
Ikan bubara mempunyai harga jual yang cukup tinggi. Di Kota Ambon, contohnya, harganya mencapai Rp65 ribu–Rp80 ribu per kg di mana berisi 2-3 ekor per kg.
“Harga jual ini juga cukup stabil bahkan tidak terpengaruh oleh pandemi Covid-19 yang berlangsung sejak tahun lalu sehingga semakin banyak pembudidaya yang melirik peluang usaha pembesaran ikan bubara di KJA ini," kata Hariyano yang telah berkecimpung dalam budidaya ikan bubara sejak 2008, dalam siaran pers, Jumat (17/9/2021).
Oleh sebab itu, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) terus mengembangkan teknologi budidaya ikan bubara untuk mendorong peningkatan produktivitas budidaya ikan tersebut.
Baca Juga:
Penukaran Utang dengan Konservasi, KKP Optimalkan Terumbu Karang di Wilayah Timur
"Melalui kegiatan perekayasaan yang cukup panjang, ikan bubara berhasil dibenihkan secara massal oleh tim teknis BPBL Ambon," ujar Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Tb Haeru Rahayu.
Menurutnya, ikan laut yang dikenal dengan sebutan ikan kuwe ini, memiliki serapan pasar yang cukup tinggi lantaran kelezatan rasanya. Sementara, kebutuhan akan ikan bubara di pasar awalnya hanya dipenuhi oleh hasil tangkapan dari alam.
"Ikan bubara merupakan komoditas perikanan laut yang memiliki nilai ekonomi tinggi karena sangat digemari oleh masyarakat Indonesia Timur. Hampir semua restoran yang ada di wilayah timur menyajikan ikan bubara sebagai menu khas sebab rasanya yang dikenal lezat," ucapnya.