KONSUMEN.net | Merek terkemuka dunia Louis Vuitton berencana menaikkan harga secara global pada Rabu mendatang. Dikutip detikcom dari Reuters, juru bicara (jubir) Louis Vuitton di China mengungkapkan kenaikan ini karena adanya pembengkakan pada biaya produksi dan biaya distribusi barang.
Dengan kenaikan harga ini, Louis Vuitton akan menjadi merek mewah terbesar pertama di dunia yang mengerek harga barang agar keuntungan tidak tergerus biaya produksi.
Baca Juga:
Mengenal Alain Wertheimer, Salah Satu Orang Terkaya di Prancis
Jubir itu juga menyebut kenaikan harga ini akan berdampak pada toko-toko Louis Vuitton yang tersebar di seluruh dunia. Mulai dari barang-barang kulit, aksesori pakaian sampai parfum.
Namun belum ada keterangan lebih lanjut untuk persentase kenaikan harga ini. Pihak Louis Vuitton menyebut kenaikan akan bervariasi tergantung dari produknya.
"Penyesuaian harga ini dihitung dari biaya produksi, bahan baku, transportasi dan inflasi," tulis pernyataan Louis Vuitton dikutip dari Reuters, Selasa (15/2/2022).
Baca Juga:
Komisi VI Apresiasi Kinerja Himbara di Tengah Kondisi Pandemi
Beberapa fesyen blogger di China mengungkapkan jika harga tas tangan disebut akan naik hingga 20%. Saat ini harganya masih di kisaran 46.500 yuan.
Kemudian PurseBop sebuah situs yang mencantumkan harga barang mewah mengungkapkan jika kenaikan ini diramal sekitar 15%-18%.
Pada 2021 Louis Vuitton dan Dior ini mencatatkan kinerja penjualan yang moncer untuk kategori fashion dan barang kulit. Bernard Arnault bahkan sempat menyebut jika brand bisa menaikkan harga di tengah inflasi. Meskipun kenaikan harus tetap masuk akal dan bisa diterima oleh pembeli.
Selama pandemi Covid-19 perusahaan atau produsen barang mewah telah menangguk keuntungan dari naiknya permintaan fesyen dan aksesoris kelas atas. Misalnya Chanel menaikkan harga untuk beberapa koleksi tasnya pada tahun lalu. [JP]