LKKI.net | Ketua Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Kota Tasikmalaya Nandang Suryana menyesalkan langkah pemerintah yang tidak melibatkan pedagang pasar tradisional dalam upaya menurunkan harga minyak goreng (migor).
Operasi pasar yang dilakukan pemerintah hanya melibatkan pasar modern dan minimarket, sementara pedagang pasar tradisional dibiarkan terkena imbas, ditinggalkan konsumen akibat harga jual masih tinggi.
Baca Juga:
Larangan Ekspor Minyak Goreng Berlaku hingga Harga Turun
"Ini tentu jadi pukulan bagi kami. Operasi pasar hanya melibatkan pasar modern. Kita seolah-olah menjadi kelompok yang tidak mau mengikuti aturan," kata Nandang, seperti dilansir detikcom, Rabu (2/2/2022).
Dia mengatakan pedagang pasar tradisional dihadapkan pada kondisi serba salah, karena mereka membeli minyak goreng dari distributor dengan harga lebih mahal.
"Jadi kami jual sesuai harga beli. Kami juga kesulitan menghabiskan stok lama yang masih menumpuk," kata Nandang.
Dia berharap pemerintah ikut memikirkan kondisi para pedagang pasar tradisional dalam upaya menurunkan harga minyak goreng.
Baca Juga:
Larangan Ekspor Minyak Goreng Berlaku hingga Bisa Harga Turun ke Rp 14 Ribu
"Perhatikan juga kami agar tidak rugi, ketika kami jual mahal, kami juga banyak kehilangan konsumen," ujarnya.
Namun demikian terlepas dari hal itu Nandang mengapresiasi langkah pemerintah untuk menurunkan harga minyak goreng dengan berbagai kebijakan.
"Dibuat satu harga dengan penetapan harga eceran tertinggi itu kebijakan tepat, kami setuju. Tapi kami hanya minta perhatikan juga pedagang tradisional," kata Nandang.
Sementara itu harga minyak goreng di pasar induk Cikurubuk Kota Tasikmalaya, Rabu (2/2/2022) masih bervariatif.
Harga minyak goreng curah berada di kisaran Rp 17.900 per liter. Meski masih mahal, tapi sudah ada penurunan harga ketimbang pekan lalu yang masih berada di angka Rp 19.500 per liter.
Selain itu produk minyak goreng kemasan dengan harga Rp 14.000 per liter juga sudah mulai masuk ke pasar tradisional. Tapi jumlahnya masih terbatas, serupa dengan di minimarket yang sering kehabisan.
Toko grosir Sumber Makmur misalnya, menyediakan produk minyak goreng kemasan yang dijual dengan harga Rp 13.750 per liter kepada para pedagang kecil atau pengecer. Tapi pembeliannya dibatasi maksimal 2 dus. Satu dus berisi 12 kemasan.
Produk itu diharapkan bisa dijual Rp 14.000 kepada konsumen, sehingga pedagang kecil cukup mendapat untung sekitar Rp 250/liter.
"Baru hari ini kami dapat kiriman 130 dus kemasan 2 liter dan 160 dus kemasan 1 liter. Sebagian sudah terjual kepada pedagang eceran," kata Enung pegawai toko tersebut.
Tapi tak semua grosir atau distributor di pasar Cikurubuk yang mendapat pasokan seperti itu. Beberapa distributor justru masih memiliki minyak goreng stok lama.
Untuk diketahui pemerintah telah menetapkan HET minyak goreng dengan harga murah. Untuk minyak goreng curah ditetapkan harga Rp 11.500/liter, kemasan sederhana Rp 13.500/liter dan kemasan premium Rp 14.000/liter yang mulai berlaku 1 Februari 2022 kemarin. [JP]