WahanaNews-Konsumen | Ajang pameran Periklindo Electric Vehicle Show (PEVS 2023) menghadirkan beragam jenis motor listrik yang bisa dinikmati pengunjung.
Agar pengunjung bisa merasakan langsung pengalaman berkendara, PEVS juga menyediakan fasilitas area test ride di kompleks tengah JIExpo Kemayoran.
Baca Juga:
Pacu Kreativitas Mahasiswa Indonesia, PLN Gelar Kompetisi Membangun Gokart Listrik
Banyak motor listrik yang bisa dicoba, termasuk hasil konversi. Hadir dengan tampilan unik motor-motor listrik hasil konversi sukses jadi primadona.
Hal ini terbukti dari banyaknya antrian pengunjung yang hendak melakukan test drive. Uniknya, meski unit motor listrik konversi banyak dicoba, tapi mayoritas pengunjung mengaku enggan untuk melakukan atau membeli motor listrik hasil konversi.
“Desainnya sih keren, gahar pula, tapi saya coba pinjam saja deh. Kalau beli motor listrik konversi, kayaknya enggak dulu,” kata Aan, Pengusaha asal Cikarang dikutip Kompas, Sabtu (20/5/2023).
Baca Juga:
Pacu Kreativitas Mahasiswa Indonesia, PLN Gelar Kompetisi Membangun Gokart Listrik
Aan mencoba motor listrik konversi milik PLN berjenis Benelli Patagonia Eagle. Sebagai penggemar motor klasik, dia mengaku terpincut saat melihat motor ini.
Hanya saja, dia mengaku enggan membeli motor listrik hasil konversi, walaupun harganya serupa dengan produk awal. Alasannya adalah jaminan mutu dan pemeliharaan jangka panjang.
“Masalahnya sekarang kalau rusak mendadak, servisnya bagaimana? Kalau motor konvensional kan bengkelnya masih mudah ditemukan, kalau motor konversi kayaknya agak sulit dicari,” ujarnya.
Hal serupa juga diungkapkan Richard, karyawan bank swasta asal Kelapa Gading. Menurutnya, ketersediaan bengkel yang bisa menaungi perawatan motor konversi masih minim.
“Saya pakai motor dan sepeda listrik, so far enjoyable. Sempat ada pikiran buat konversi motor, tapi masih takut,” ucapnya.
Menurutnya, ketersediaan bengkel konversi yang lebih banyak bisa menjadi jaminan bagi konsumen dan menghilangkan kekhawatiran akan perawatan.
Opini lain disampaikan oleh Riko dan Kiki, kakak beradik dengan profesi wirausahawan asal Bekasi. Menurut mereka, konversi motor listrik nampaknya hanya cocok bagi penghobi, bukan masyarakat umum.
"Rasanya (motor konversi) biasa saja. Bukannya jelek, tapi perbedaannya enggak signifikan dengan motor listrik kami di rumah," ucap Kiki.
Keduanya merupakan pengguna EV sejak dulu dan memiliki mobil serta motor listrik. Usai menjajal motor konversi di area test ride PEVS, mereka tidak merasakan adanya perbedaan perfoma.
Selama pameran, kakak beradik ini juga sempat berdialog dengan beberapa bengkel konversi yang menjadi eksibitor. Kesimpulan yang ditarik, total biaya konversi dirasa terlalu mahal bagi mereka, jika menghitung biaya jasa, spare parts, serta harga motor yang dirombak.
"Menurut kami motor konversi cocoknya untuk penghobi atau yang suka restorasi saja. Biayanya mahal, bisa puluhan juta. Kami pilih motor listrik pabrikan saja," ujar dia.
Untuk diketahui, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) sendiri telah menegaskan jika pihaknya akan memperbanyak program-program pemberdayaan untuk memunculkan bengkel-bengkel listrik konversi.
Tentunya, tahap yang harus dipenuhi adalah perizinan dan standarisasi yang sesuai. Hanya bengkel-bengkel motor listrik yang dianggap sudah berkompetensi saja yang memiliki izin untuk melakukan konversi.
“Ibaratnya ada tahap akreditasi terlebih dahulu (untuk bengkel motor listrik). Perizinan kan tidak bisa diberikan secara cuma-cuma,” kata Danto Restyawan, Direktur Sarana Transportasi Darat Kemenhub.[zbr/kompas]