Konsumen.WahanaNews.co, Jakarta - Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat (LPEM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI), Teuku Riefky, meminta pemerintah menciptakan lebih banyak lapangan kerja guna meningkatkan daya beli masyarakat.
Hal tersebut mengingat daya beli masyarakat yang masih rendah di tengah tingginya suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate saat ini yang berpotensi menekan konsumsi masyarakat lebih jauh.
Baca Juga:
Sederet Provinsi di Luar Jawa dengan SDM Paling Unggul, Sumut Urutan ke Berapa?
“Untuk memitigasi dari kondisi tersebut tentu pemerintah perlu meningkatkan produktivitas dan penciptaan lapangan kerja,” kata Teuku Riefky saat dilansir Antara dari Jakarta, Selasa (7/1/2025).
Ia menuturkan bahwa upaya tersebut dapat meningkatkan penerimaan upah, sehingga mengembalikan daya beli masyarakat.
Daya beli masyarakat yang lemah, BI rate yang tinggi, serta harga komoditas pangan yang relatif rendah, lanjutnya, menyebabkan inflasi pada 2024 menjadi inflasi tahunan terendah yang tercatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS).
Baca Juga:
Bank Indonesia: Inflasi November 2024 Terkendali dan Menurun Secara Tahunan
“Kombinasi hal-hal tersebut terhadap perekonomian Indonesia ke depan sebetulnya tidak terlalu baik ya karena ini akan mempengaruhi ke pertumbuhan ekonomi,” ujar Riefky.
Meskipun dapat menekan konsumsi masyarakat, ia menyatakan bahwa keputusan Bank Indonesia untuk tetap mempertahankan suku bunga di level 6 persen merupakan hal yang diperlukan.
Hal tersebut karena Bank Indonesia memiliki mandat untuk menjaga tingkat harga dan stabilitas nilai tukar rupiah.