Konsumen.Net | Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Uno, menyatakan dukungannya untuk melestarikan jamu tradisional dan berharap bisa menjadi komoditas ekonomi kreatif.
Menparekraf menemukan adanya penjual jamu yang masih mengerjakan pembuatan jamu dengan alat-alat yang tradisional di Desa Wisata Bonjeruk, Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah.
Baca Juga:
Menparekraf Apresiasi Starlux Airlines Hadirkan Penerbangan Langsung Taipei-Jakarta
"Jamu yang dibuat secara tradisional memang sudah jarang ditemukan dan ini perlu dilestarikan,” kata Sandiaga saat singgah ke Desa Wisata Bonjeruk, Lombok, NTB, Sabtu (6/11/2021).
Menurutnya, penjual jamu yang bernama Ibu Lomin atau biasa disapa Ina Ela tersebut adalah penjual jamu satu-satunya di Desa Bonjeruk.
Sehingga penjualannya juga lumayan, bahkan dia sudah melakukan satu inovasi yaitu dengan menjual dua jenis jamu yaitu jenis bubuk dan siap minum.
Baca Juga:
Sandiaga Perkuat Ekosistem Ekraf di Kabupaten Bangli Melalui Workshop KaTa Kreatif
Menurut Sandi hal tersebut adalah salah satu inovasi yang mengikuti perkembangan, sehingga dengan adanya inovasi maka dia yakin usaha yang dilakukan oleh ibu Lomin bisa terus berkembang.
“Jadi bisa membangkitkan ekonomi Ibu Lomin dan kalau pesanan berlipat-lipat bisa meminta tolong warga lainnya sehingga bisa menciptakan lapangan kerja baru,” tegas Sandi.
Namun, ibu Lomin mengeluhkan masih harus melakukan pekerjaan dengan sangat tradisional. Oleh karenanya, Sandi langsung memesan alat pemarut di salah satu marketplace guna meningkatkan produksi sang penjual jamu.
Diharapkan dengan itu selain peningkatan ekonomi bisa juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Desa Bonjeruk.
Sementara ibu Lomin mengaku, kalau selama ini bahan-bahan jamu yang dijualnya memang harus diparut dan direbus secara manual.
Sehingga dirinya memang terkadang keteteran dengan pesanan yang diterimanya. Walaupun saat ini dibantu oleh beberapa orang dalam membungkus jamu hasil buatannya.
"Kalau yang pesan memang sudah banyak, tapi terkadang kita tidak sanggup menerima pesanan yang kian banyak,” tuturnya.
Hingga akhirnya dia mendapatkan alat pemarut jahe dari Menteri yang akan dimanfaatkan sebaik mungkin untuk memproduksi jamunya.
"Saya sangat terbantu dengan bantuan yang diberikan oleh pak menteri, kalau marut sendiri itu pasti lama, terimakasih atas bantuannya pak menteri," pungkasnya. [As]