Konsumen.WahanaNews.co, Jakarta - Populasi motor listrik di Indonesia tercatat sudah puluhan ribu unit. Pertumbuhannya tidak begitu cepat, salah satunya karena kosumen lebih selektif dalam memilih produk.
Abdullah Alwi, Sekretaris Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli), mengatakan, pilihan motor listrik di Indonesia sebetulnya makin bagus dan beragam. Untuk diketahui, sampai dengan Januari 2024, terdapat 56 model motor listrik subsidi yang bisa dipilih konsumen.
Baca Juga:
Dukung Penggunaan Energi Ramah Lingkungan, PLN-KLHK Resmikan SPKLU dan Konvoi Motor Listrik
Dari sekian banyak model, pilihan motor listrik termurah jatuh kepada Greentech Unity yang dibanderol Rp 5,3 juta. Adapun model paling mahal adalah United TX3000 yang dibanderol Rp 42,9 juta.
“Sampai hari ini populasi motor listrik di indonesia sudah sekitar 75.000 unit atau 74.998 itu per bulan ini jadi mungkin 75.000 unit ini cukup signifikan,” ujar Abdullah di Jakarta, Kamis (25/01/24).
“Dulu baru berapa ratus, dan ini data base dari Kemenhub 2021, meningkat beberapa kali lipat di 2022 sebanyak 55.000 unit, dan hari ini 75.000 unit,” kata dia.
Baca Juga:
Kuota Bantuan Semakin Menipis, Masyarakat Diminta Segera Membeli Motor Listrik
Abdullah mengatakan, konsumen Indonesia memiliki kebiasaan berbeda saat membeli kendaraan. Biasanya nilai jual kembali yang sering jadi pertimbangan.
“Dari segi kualitas memang motor listrik ini dibagi menjadi dua, masyarakat ingin mendapatkan affordable dan coba-coba sehingga beli harga di bawah motor bensin pada umumnya,” ucap Abdullah.
“Namun sekarang ada motor listrik sedikit lebih mahal atau sama dengan motor bensin kelas menengah, tapi karena ini produk coba-coba jadi belum berani,” ujarnya.
Oleh sebab itu, ia menyarankan konsumen agar tidak ragu melakukan test ride terlebih dahulu di diler terdekat, ataupun ketika pameran. Tujuannya untuk mencari produk yang sesuai dengan kebutuhannya.
“Beberapa negara melihat sebuah kendaraan roda dua itu mereka enggak pikir panjang, mereka akan beli dan akan tahu 2-3 tahun ini kendaraan bakal rusak. Tapi masyarakat Indonesia sudah terdidik dengan kendaraan bermutu,” kata Abdullah.
“Dari zaman dulu mobil-mobil Eropa-Amerika, tahun 1980-an merek Jepang masuk, dan sampai saat ini ya dari kualitas cukup baik. Dalam hal ini sampai titik rusak itu sekitar 8-10 tahun. Kalau kita punya kendaraan kita ingin rawat, ingin awet, syukur-syukur bisa dijual lagi. Ini menjadi suatu isu yang membedakan secara habit,” ucap dia.
[Redaktur: Amanda Zubehor]