"Target dari BUMN mencetak mitra binaan sukses sehingga bisa menjadi influencer bagi masyarakat lainnya," ujar Teddy.
Value creation ini juga jadi hal penting kata Teddy, sebab dengan program TJSL harapanya tidak hanya memberikan nilai tambah bagi UMK, tetapi bisa bermanfaat juga kepada perusahaan untuk meningkatkan daya saing dari dampak dari mitra binaan.
Baca Juga:
Ciptakan Lingkungan Hidup Yang Lebih Baik, PLN Tanam 283.739 Pohon Sepanjang 2023
"Misalnya ada produk bagus, maka PLN bantu branding, kalau misalnya mereka bisa branding bagus kan PLN nya juga ikut ke branding kan," ujar Teddy.
Di satu sisi, Teddy menilai PLN perlu mengembangkan UMK yang punya produk yang bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan PLN sendiri. Misalnya, PLN bisa menggaet dan membina UMK yang bergerak di bidang produksi kabel. PLN melakukan pembinaan, eskalasi produk dan juga penyesuaian produk sehingga produk UMK ini juga bisa diserap oleh PLN.
"Tak hanya kabel, produk apapun yang juga bisa diproduksi UMKM yang sesuai dengan kebutuhan PLN dalam pembangunan infrastruktur kelistrikan. PLN kasih pembinaan untuk bisa memproduksi produk yang sesuai spesifikasi dari PLN. Ini multiplier effectnya tidak hanya naik kelas, tetapi bisa memberikan efisiensi bagi PLN dan meningkatkan TKDN bagi PLN," tutur Teddy.
Baca Juga:
Program Penanaman Pohon PLN Capai 283.739 Pohon Sepanjang 2023
Salah satu mitra binaan Rumah BUMN Jambi yang dikelola oleh PLN, Pempek Balap Jambi adalah salah satu contoh mitra binaan yang mampu berkembang hingga ke pasar internasional. Pada tahun 2020 akibat pandemi Covid-19, Pempek Balap Jambi mengalami penurunan omzet yang kemudian melalui bantuan pinjaman kemitraan dan program pembinaan yang dilakukan, saat ini usaha Pempek Balap Jambi dapat merambah pasar internasional dan bahkan berhasil membuka outlet ke-3 di Mall WTC Jambi.
Pengelola Rumah BUMN PLN Jambi, Agung Yudha Prawira menyebutkan dalam membinaan UMK ini bukan tanpa tantangan, beberapa aspek tantangan pembinaan UMK. Pertama, dari sisi aspek pengenalan jenis produk. Tak sedikit UMK yang datang ke rumah BUMN untuk mendapatkan pembinaan tidak tahu pengetahuan tentang produk dari barang produksinya. Hal ini menjadi tugas PLN membantu UMK dalam pengenalan bisnisnya.
Tantangan berikutnya adalah masalah keuangan. "Dari perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) saja mereka masih kebingungan, lalu soal pemisahan keuangan penjualan dan rumah tangga sampai pada akses permodalan yang sulit didapat karena tak sedikit UMK yang masih kurang pengetahuan bagaimana sistem budgeting dan pengelolaan keuangan," papar Yudha.