Luhut pun mengakui diperlukan investasi yang masif dan komprehensif untuk ekosistem EV di Indonesia. Pasalnya, ekosistem EV sangat kompleks dan besar, terdiri dari ekosistem-ekosistem, seperti bahan baku, manufaktur, penyediaan infrastruktur isi ulang (charging) hingga daur ulangnya.
Saat ini tengah dibangun pabrik sel baterai kedaraan listrik di Indonesia berkapasitas 10 GWh dengan total nilai investasi sebesar 1,1 miliar dolar AS atau setara Rp15,9 triliun (kurs Rp14.500). Pembangunan pabrik ini merupakan bagian dari total proyek konsorsium senilai 9,8 miliar dolar AS.
Baca Juga:
Ekspor Kemenyan Tembus Rp847 M, Luhut Dorong Hilirisasi Komunitas
"Ini pekerjaan panjang. Kita bersyukur ini terjadi dan kita harap mulai produksi 2023," imbuhnya.
Luhut juga menyampaikan Indonesia perlu investasi yang masif untuk pembangunan infrastruktur pengisian ulang baterai.
Ditargetkan untuk pembangunan SPKLI pada 2030 mencapai 31.859 unit dan SPBKLU sebanyak 67.000 unit.
Baca Juga:
Tunggu Perpres, Luhut Pastikan Proyek Kereta Cepat Jakarta–Surabaya Tak Mandek
"Kekhawatiran kalian soal infrastructure charging ini sudah kami rencanakan, jadi jangan khawatir," tambahnya.
Luhut mengatakan komitmen terhadap perubahan iklim, potensi nikel yang besar dan mineral logam lainnya, serta ada ambisi serius untuk mewujudkan industri kendaraan listrik terintegrasi dari hulu hingga hilir menjadikan Indonesia memiliki potensi yang kuat dalam membangun ekosistem rantai pasokan global baik untuk industri baterai maupun kendaraan listrik berbasis baterai.
"Investasi hijau adalah fondasi utama untuk mencapainya," katanya. (tum)