Forwamki.id | Sukses Indofood Group dan produk-produknya jelas tak bisa dilepaskan dari kisah hidup Om Liem. Seorang pengusaha yang awalnya sangat miskin. Sudono Salim yang di era tahun 1980-an sering dinobatkan sebagai pengusaha terkaya Indonesia dan salah satu terkaya Asia itu memang lahir di Tiongkok, China Daratan.
Melansir bintangbisniscom, Liem Sioe Liong lahir di distrik Fuqing, Provinsi Fujian, Tiongkok pada 16 Juli 1916. Saat ia remaja, Sudono dan kakaknya, Lim Ke Lok, dan juga saudara iparnya yang bernama Zheng Xusheng, pergi merantau ke Indonesia karena terjadinya konflik di tempat asalnya. Mereka kemudian datang ke kota Surabaya, Jawa Timur dan menetap di kota Kudus. Ia ingin mengubah nasib dengan cara merantau ke tanah Nusantara, tepatnya ke Jawa. Berangkatlah dari Tiongkok ke Tanah Jawa melalui perjalanan laut.
Baca Juga:
Prabowo Disambut Upacara Kenegaraan oleh Presiden Xi Jinping
Perjalanan Om Liem ke Indonesia tak mudah. Ia harus menaiki kapal layar tanpa mesin untuk dapat sampai ke Surabaya. Bisa dibayangkan betapa lamanya perjalanan Om Liem saat itu, kapal tak bermesin. Kakak Om Liem sudah lebih dahulu merantau Indonesia dari sejak zaman Hindia Belanda. Saat menunggu sang kakak menjemputnya di pelabuhan, LiemSioe Liong yang baru saja datang dari Tiongkok sampai harus rela menjadi seorang gelandangan selama beberapa hari. Apa boleh buat. Ia tak tahu dimana rumah kakaknya. Satu-satunnya cara, menunggu dijemput. Dan waktu itu belum ada alat komunikasi secanggih sekarang.
Setelah beberapa hari, sang kakak akhirnya datang dan menjemputnya. Ia diajak bergabung dengan kakaknya. Sejak saat itu, ia kemudian menjadi penduduk Indonesia yang saat itu masih bernama Hindia Belanda, wilayah kolonisasi Belanda. Om Liem bahkan mendapatkan pekerjaan, sebagai buruh atau pekerja di sebuah pabrik pembuatan tahu dan kerupuk. Sejak itulah cerita kiprah bisnis Om Liem dimulai.
Menjadi Karyawan, Tapi Aktif Cari Peluang Bisnis Di Kanan-Kiri
Om Liem memang punya bakat bisnis yang alami dan pandai membaca celah kesempatan dan peluang bisnis, serta mewujudkannya. Saat tiba di Jawa Timur ia bekerja sebagai seorang pekerja biasa di pabrik pembuatan tahu dan kerupuk, di lain sisi ia juga melirik peluang bisnis yang barangkali muncul di kanan-kiri. Ia bukan pekerja pasif yang sekedar kerja menerima nasib dan tak berpikir masa depan yang lebih baik. Salah satunya adalah, Om Liem melihat potensi yang berada di kota tempatnya tinggal, Kudus, Jawa Timur. Dan salah satu yang menarik perhatian dari naluri bisnis laki-laki kelahiran Tiongkok tersebut adalah bisnis rokok.
Baca Juga:
Prabowo Kunjungi Monumen Pahlawan Rakyat di Beijing
Di kota Kudus pada saat itu, Om Liem melihat bahwa kota tempatnya tinggal tersebut memiliki banyak sekali industri rokok yang dapat menjadi sebuah potensi bisnis baginya. Namun demikian, pasokan akan tembakau dan cengkeh dianggapnya minim. Ia lalu menggarap peluang binis itu dengan berusaha terjun di bisnis bisnis pemasok cengkeh serta tembakau.
Untuk memulai bisnisnya ini, pastinya dibutuhkan modal yang cukup lumayan. Sedangkan ia saat itu hanyalah seorang pegawai biasa. Pada akhirnya, modal untuk melakukan bisnis tersebut didapatkannya dari sang mertua. Ia memang menikah dengan seorang anak dari pedagang atau saudagar terpandang di wilayah Kudus Lie Kim Nio (Lilani).
Bisnis tembakau dan cengkeh yang dijalankannya Om Liem sukses. Dalam waktu yang cukup singkat, Salim sudah dikenal sebagai seorang bandar cengkeh asal Kudus yang memiliki koneksi hingga ke pulau-pulau lain seperti Sulawesi dan Sumatera. Selain bisnis cengkeh, seiring berjalannya waktu, Salim juga menjadi orang yang menyediakan pasokan barang-barang medis untuk tentara revolusioner Indonesia di Medan. Dia menyalurkan pasokan tersebut dan kemudian mengenal Soeharto yang kala itu masih menjabat sebagai perwira tentara Indonesia.