Oleh ANDREAS MARYOTO
Baca Juga:
Kominfo: Informasi Hoaks Covid-19 Kian Meluas
TIDAK ada rasa penasaran yang lebih besar di kalangan publik pada pekan ini selain menunggu nama baru untuk Facebook.
Kabarnya hari ini platform media sosial ini akan berganti nama.
Baca Juga:
Kecanduan Era Digital, Ancaman atau Tantangan?
Mereka ingin mendapatkan makna baru melebihi sebagai platform media sosial.
Salah satu yang kemungkinan akan dituju adalah mereka ingin dikenal sebagai perusahaan yang mengembangkan teknologi ”dunia lain” atau metaverse.
Facebook bukanlah perusahaan teknologi pertama yang mengubah nama perusahaannya seiring dengan berkembangnya ambisi dan juga inovasinya.
Pada tahun 2015, Google melakukan reorganisasi sepenuhnya di bawah perusahaan induk yang kemudian bernama Alphabet.
Mereka ingin menandakan diri bahwa perusahaan mereka itu bukan lagi hanya mesin pencari, melainkan konglomerasi yang luas dengan perusahaan yang di antaranya membuat mobil tanpa pengemudi dan teknologi kesehatan.
Lantas ada Snapchat yang berganti nama menjadi Snap Inc pada 2016.
Pada tahun yang sama mereka mulai menyebut dirinya sebagai ”perusahaan kamera” dan memulai debutnya dengan sepasang kacamata kamera Spectacles.
Di Indonesia, merger Gojek dan Tokopedia memunculkan entitas baru bernama GoTo.
Mereka berharap bisa menjadi perusahaan yang lebih dari sekadar transportasi dan lokapasar.
Mereka ingin berkembang ke berbagai lini.
Urusan ganti nama adalah urusan yang kadang rumit tetapi kadang mudah.
Ganti nama yang asal-asalan akan membuat orang malah bingung memandang sebuah merek.
Sangat mungkin mereka yang di belakang layar tidak memperhitungkan respons publik.
Mereka berganti nama hanya urusan suka dan tidak suka serta tidak membangun makna baru yang lebih kuat.
Facebook sepertinya lain.
Mereka mempunyai visi baru.
Dalam pertemuan tahunan Facebook, Kamis (28/10/2021), kabarnya CEO Facebook Inc, Mark Zuckerberg, akan mengumumkan nama baru itu.
Mereka sudah memberikan sedikit bocoran alasan perubahan nama itu terkait dengan pengembangan dari perusahaan platform media sosial menjadi perusahaan metaverse.
Sampai kemarin nama baru masih dirahasiakan, bahkan di kalangan pemimpin senior perusahaan itu.
Beberapa media membuat spekulasi.
Salah satunya bernama Horizon.
Tentu saja Facebook tidak mau memberi komentar tentang spekulasi nama ini.
Perubahan ini tidak terlalu menyulitkan Facebook karena mereka sudah memiliki ruang virtual melalui media sosial, memiliki produk realitas visual bernama Oculus, dan teknologi lainnya.
Facebook selangkah lebih maju dengan perusahaan lainnya dengan mengumumkan akan merekrut 10.000 tenaga kerja baru di Eropa untuk menunjang rencana ini.
Mereka juga akan berinvestasi dalam jumlah besar di pengembangan metaverse.
Lalu, apa tujuan Facebook?
Dengan pengguna yang sangat besar sebenarnya Facebook telah menjadi penguasa di jagat media sosial.
Apalagi ditambah dengan pengguna di Instagram dan juga Whatsapp, maka jumlah itu akan berlipat-lipat.
Namun, Facebook sudah cukup tua.
Penggunanya juga menua.
Regenerasi sudah dilakukan dengan mengakuisisi Instagram.
Namun, upaya ini tidak mencukupi. Mereka juga diserang oleh Snapchat dan Tiktok.
Pendapatan Facebook sempat turun.
Hal ini mengindikasikan bahwa platform ini mulai ditinggalkan penggunanya.
Apalagi pengguna muda lebih memilih platform lain.
Krisis ini sempat tertangani dengan munculnya Instagram.
Namun, kemudian mereka ”diserang” oleh Snapchat.
Kembali mereka melawan dengan membuat Instagram Story.
Ketika Tiktok muncul dengan menyasar usia di bawah pengguna Instagram, Facebook Inc sempat kelimpungan.
Mereka lambat bereaksi.
Beberapa kali mereka menghadapi tantangan ini.
Mereka sempat membuat Lenso untuk melawan Tiktok, tetapi tidak sukses.
Belakangan mereka mengopi cara melawan Snapchat dengan ”menempelkan” fitur baru di Instagram.
Muncul kemudian Instagram Reels yang terlihat mulai sukses mendapatkan pengguna.
Upaya mereka sepertinya tidak cukup.
Facebook perlu melangkah lebih jauh untuk menjadi pemenang.
Mereka kemudian berencana membangun dan mengembangkan metaverse.
Mereka ingin tetap menunjukkan superioritas di industri digital.
Tanpa langkah yang fenomenal sangat mungkin publik tidak lagi melirik Facebook Inc.
Pesaing akan masuk ke inovasi-inovasi yang lebih maju.
Facebook bisa tertinggal.
Secara alamiah, perusahaan-perusahaan teknologi selalu berpikir untuk berkembang (growth mindset).
Mereka akan melangkah setiap saat agar pesaing tidak bisa berada di level yang sama.
Facebook akan mengendalikan inovasi dan juga pasar.
Sebelum yang lain melangkah, mereka akan mengambil langkah duluan.
Mereka tidak bisa berleha-leha menikmati keuntungan setelah selesai melakukan keberhasilan.
Mereka akan mencari keberhasilan baru.
Meski demikian, pergantian nama Facebook di tengah berbagai masalah mungkin saja bertujuan untuk ”membersihkan” entitas perusahaan atau setidaknya mengurangi beban masa lalu.
Kasus-kasus yang terjadi di Facebook memang sangat parah.
Cambridge Analytica menjadi salah satu kasus yang membuka mata kita tentang betapa berisikonya data pribadi kita di tangan pihak ketiga.
Mereka bisa menggunakan atau secara tidak langsung membuka peluang orang lain menggunakan data itu.
Mantan karyawan Facebook, Frances Haugen, yang kemudian mengungkap borok-borok di perusahaan itu, meyakinkan kita ada masalah besar dalam tata kelola perusahaan ini.
Berbagai masalah telah diungkap oleh Haugen, seperti pembiaran algoritma yang cenderung mendorong perilaku kekerasan dan aksi massa.
Sejumlah penyebaran informasi kerusuhan disebut sebenarnya juga bisa ditekan, tetapi tidak dilakukan segera.
Sebelumnya juga ada kabar, riset internal menyebutkan bila media sosial tidak baik untuk anak-anak, tetapi mereka malah berencana meluncurkan Instagram Kid.
Facebook tengah melangkah untuk memasuki teknologi bagi generasi baru.
Publik memang tengah menunggu nama baru itu meski berharap tidak hanya sampai di perubahan nama saja.
Publik ingin perusahaan itu menjamin keamanan data dan bisa menjawab berbagai pertanyaan terkait dengan penyalahgunaan data serta keterlibatan mereka untuk menekan tindakan-tindakan merusak.
Teknologi yang akan dikembangkan Facebook seharusnya makin memperhatikan etika. (As)
Artikel ini telah tayang di Kompas.id dengan judul “Mengapa Facebook Ingin Berganti Nama?” Klik untuk baca: https://www.kompas.id/baca/opini/2021/10/28/mengapa-facebook-ingin-berganti-nama.