KONSUMEN.net | Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan alias Zulhas mengatakan akan menambah jatah ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).
Hal ini dilakukan untuk mengurangi pasokan CPO yang penuh di pabrik kelapa sawit.
Baca Juga:
Pungutan Ekspor Sawit Dihapus, Negara Kehilangan Penerimaan Rp 9 Triliun
Penuhnya pasokan CPO di pabrik kelapa sawit juga menyebabkan harga tandan buah segar (TBS) merosot. Oleh sebab itulah, untuk mempercepat ekspor, volume itu ditambah oleh pemerintah.
"Sekarang kita percepat membantu pengusaha ini agar logistik ini bisa ready. Sudah. Mempercepat lagi kita membantu 1:7 (jatah ekspor) tidak lagi 1:5. Itu mempercepat jangan sampai tangkinya penuh. Itu ada di peraturan Dirjen," ujarnya kepada wartawan, Senin (4/7/2022).
Untuk hitungannya, misalnya digambarkan bahwa produsen sawit memenuhi kebutuhan dalam negeri 1.000 ton CPO. Dengan aturan lama, jika sudah memenuhi kebutuhan dalam negeri itu (DMO) maka perusahaan bisa ekspor 5.000 ton.
Baca Juga:
Eks Mendag Lutfi Diperiksa Kejagung 12 Jam, Inilah Hasilnya
Kemudian, jika jatah ekspor ditambah jadi 1:7, maka perusahaan bisa ekspor lebih tinggi. Misalnya sudah memenuhi kebutuhan 1.000 ton maka, bisa ekspor CPO 7.000 ton. Perbandingan 1 banding 5 atau banding 7 merupakan pengalinya.
Dengan mempercepat dan menambah jatah ekspor, harapannya tangki CPO akan berkurang dan bisa menampung lagi sawit dari petani. Jika tangki pabrik kelapa sawit sudah kosong, Zulhas bilang otomatis harga TBS akan naik.
"Diharapkan kalau tangki kosong pabrik beli lagi (TBS)," tuturnya.