KONSUMEN.net | Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mendorong peningkatan sertifikasi dan menekankan pentingnya sertifikasi kompetensi bagi pelaku subsektor kuliner.
Dalam Sertifikasi Kompetensi SDM Ekonomi Kreatif Subsektor Kuliner (Barista) di Jambuluwuk Malioboro Hotel, Yogyakarta, Selasa (26/4/2022), Plt Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf, Frans Teguh, mengatakan sertifikasi ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menyiapkan tenaga kerja yang kompeten dan tersertifikasi, baik pada rentang usia remaja maupun usia dewasa. Terlebih pascapandemi Covid-19, banyak pelaku ekonomi kreatif yang membutuhkan lapangan kerja.
Baca Juga:
Kredit UMKM Tanpa Jaminan dan Bunga di Kukar Jadi Rujukan Daerah
"Pembatasan kegiatan penduduk dalam suatu wilayah membuat usaha dan mata pencarian masyarakat menjadi terbatas. Hal ini menyebabkan pemutusan hubungan kerja, bertambahnya pengangguran di Indonesia, dan tingkat stres yang tinggi sehingga diperlukan mindset untuk mengerahkan energi kita agar ditemukan solusi dari masalah ini," kata Frans.
Sehingga, Kemenparekraf pun berkolaborasi dengan LSP Parsi (Lembaga Sertifikasi Profesi Pariwisata dan Spa Indonesia) untuk mengadakan sertifikasi kompetensi bagi 2.000 asesi pada sektor ekonomi kreatif di 5
Destinasi Super Prioritas (DSP), 10 Destinasi Pariwisata Prioritas (DPP), atau wilayah penyangganya untuk tujuh subsektor ekonomi kreatif yaitu kuliner, kriya, fesyen, kreator film dan televisi, musik, fotografi, dan animedia.
Baca Juga:
Gawat! Korban PHK di Indonesia Tembus 64 Ribu, 3 Sektor Utama Paling Terdampak
"Untuk fasilitasi sertifikasi kompetensi, kami alokasikan bagi LSP Parsi sejumlah 200 asesi, yang sudah terlaksana sejumlah 50 asesi di Lombok, kemudian hari ini sejumlah 100 asesi di Yogyakarta, dan yang akan datang sejumlah 50 asesi di Toba. Kegiatan ini diharapkan dapat menciptakan SDM ekonomi kreatif yang dapat membangkitkan perekonomian Indonesia, khususnya di Yogyakarta," katanya.
Sertifikasi ini, lanjut Frans, juga memiliki peranan penting dalam pencapaian tujuan pembangunan
berkelanjutan atau sustainable development goals di Indonesia dan ini bisa menjadi “pintu gerbang” dalam pencapaian pilar ekonomi berkelanjutan dengan menciptakan tenaga kerja yang kompeten.