WALINKI.ID | Sandal jepit belakangan ini menjadi pembicaraan hampir di setiap kalangan. Gara-garanya yaitu Kepala Korps Lalu Lintas Polri Irjen Firman Santyabudi yang menyebut bahwa memakai sandal jepit saat mengendarai motor bisa menimbulkan bahaya.
Meski demikian, bukan berarti sandal jepit dilarang. Jika pun ditemukan pengendara yang mengenakan sandal jepit, maka ia hanya akan diberikan imbauan atau edukasi.
Baca Juga:
Manfaat Grounding: Kontak Tubuh dengan Bumi dan Efek Anti-inflamasi
Sandal jepit adalah salah satu sandang yang kerap dipakai masyarakat Indonesia. Pada 2014 lalu, sandal jepit bahkan sempat viral saat anggota termuda boyband asal Korea Selatan EXO, Oh Sehun, kedapatan menggunakan sandal jepit buatan Indonesia di bandara setelah menggelar konser di Tanah Air.
Kata sandal sendiri konon berasal dari bahasa Yunani yakni 'sandalion'. Sementara dalam bahasa Indonesia, sandal berasal dari bahasa Belanda yakni 'sandaal'. Tak cuma di Indonesia, hampir semua negara juga mengenal sandal.
Sejarah Sandal Jepit
Baca Juga:
Memakai Sandal Tiap Hari? Simak 6 Dampak Buruknya bagi Kesehatan
Sandal merupakan penutup kaki yang paling sederhana, bahannya bermacam-macam. Melansir Love to Know, sandal telah dibuat dari berbagai bahan mulai dari kayu, kulit, tekstil, jerami, logam, dan bahkan batu. Sandal juga telah digunakan di berbagai masyarakat di hampir setiap budaya di dunia.
Saat ini banyak sandal jepit yang terbuat dari karet sehingga lebih nyaman digunakan.
Sandal juga menjadi alas kaki tertua dan paling umum ditemukan di seluruh dunia. Contoh arkeologi ditemukan dari budaya Anasazi di Barat Daya Amerika, berasal dari 8.000 tahun yang lalu. Sandal anyaman ini memberikan sol pelindung yang fleksibel dan menggunakan tali berbentuk V yang sederhana.
Sandal paling sering ditemukan di antara orang-orang dengan iklim panas. Di iklim yang panas dan kering, orang memang jarang menggunakan sepatu atau boot tertutup yang lebih cocok digunakan di iklim yang lebih dingin dan lebih basah.
Di masa Mesir Kuno sekitar 5.100 tahun lalu, penggunaan sandal juga ditemukan. Sebuah dekorasi di Museum Kairo menggambarkan Firaun Narmer diikuti oleh pembawa sandalnya. Hal ini menunjukkan bahwa sandal menjadi simbol kedaulatan firaun.
Sandal juga berorientasi pada status untuk elit, dimulai dengan firaun dan turun ke lapisan masyarakat selama periode dinasti Mesir hingga pada periode pendudukan Romawi sekitar 30 SM.
Melansir jurnal yang ditulis oleh Staf Pengajar Jurusan Kriya Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta, Agung Wicaksono, dengan judul Perkembangan Alas Kaki Manusia, kehadiran alas kaki atau sandal jepit memang masih sulit untuk diketahui.
Meski demikian, keberadaan sandal jepit ini bisa diketahui dari cerita legenda, temuan artefak, dan gambar yang terdapat pada relief-relief bangunan. Keterampilan para pembuat alas kaki juga telah berkembang, baik dari sisi teknologi hingga desain. [jat]