Bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo (YIA) menjadi proyek yang paling banyak menghabiskan anggaran AP I.
Tercatat proyek pembangunan bandara internasional itu menghabiskan anggaran sekitar Rp 12 triliun. Kemudian, AP I juga melakukan pembangunan sejumlah terminal baru, yang turut menyedot banyak biaya, mulai dari Terminal Baru Bandara Syamsudin Noor Banjarmasin yang menghabiskan biaya sebesar Rp 2,3 triliun dan Terminal Baru Bandara Jenderal Ahmad Yani Semarang sebesar Rp 2,03 triliun.
Baca Juga:
Sukseskan G20, AP I Lakukan Penyesuaian Operasi Bandara Bali 12-18 November 2022
Selain itu, AP I melakukan pengembangan Bandara Sultan Hasanuddin Makassar dengan biaya sebesar Rp 2,6 triliun, dan beberapa pengembangan bandara lainnya seperti Bandara Sam Ratulangi Manado, Bandara Lombok Praya, Terminal 1 Bandara Juanda Surabaya, Bandara Pattimura Ambon, hingga Bandara El Tari Kupang.
Seluruh proyek tersebut dibiayai melalui skema penggunaan dana internal dan berbagai sumber lain seperti kredit sindikasi perbankan serta obligasi.
"Pandemi Covid-19 melanda pada saat Angkasa Pura I tengah dan telah melakukan pengembangan berbagai bandaranya yang berada dalam kondisi lack of capacity," kata Faik. Dalam rangka merespons kinerja keuangan yang tengah berada dalam tekanan besar, AP I telah menyiapkan berbagai strategi, mulai dari restrukturisasi utang, asset recycling, intensifikasi penagihan piutang, pengajuan restitusi pajak, efisiensi operasional seperti layanan bandara berbasis trafik, simplifikasi organisasi, penundaan program investasi, hingga mendorong anak usaha untuk mencari sumber-sumber pendapatan baru.
Baca Juga:
Tentukan Iduladha, Kemenag bakal Pantau Hilal di 86 Lokasi
"Kami optimis dengan program restrukturisasi ini dapat memperkuat profil keuangan perusahaan ke depan," ujar Faik. Selain itu, untuk mendorong peningkatan pendapatan lainnya, transformasi bisnis usaha yang dilakukan Angkasa Pura I adalah menjalin kerja sama mitra strategis untuk Bandara Hang Nadim Batam, Bandara Dhoho Kediri, Bandara Lombok Praya, pemanfaatan lahan tidak produktif seperti lahan Kelan Bay Bali, dan mengembangkan airport city Bandara YIA serta eks Bandara Selaparang Lombok.
"Manajemen tengah berupaya keras untuk menangani situasi sulit ini dan berkomitmen untuk dapat survive dan menunaikan kewajiban perusahaan kepada kreditur, mitra, dan vendor secara pasti dan bertahap," ucap Faik. (tum)