Richard Whitaker, seorang pakar meteorologi di Biro Meteorologi Australia, berkata bahwa orang zaman dulu, seperti orang-orang Babilonia dan Aristotees, mencoba untuk memprediksikan cuaca dengan "membaca langit". Salah satu contohnya adalah pepatah "ekor kuda dan sisi makarel membuat kapal-kapal yang tinggi membawa layar rendah".
Pada masa kini, kita telah tahu bahwa "ekor kuda" adalah awan sirostratus sedangkan "sisik makarel" adalah awan altokumulus.
Baca Juga:
BMKG Ingatkan Sejumlah Daerah Siaga Hujan Lebat 5-11 Juli 2024
Kedua awan ini diasosikan dengan datangnya cold front, fenomena yang sering kali ditandai dengan badai besar yang mengharuskan kapal-kapal untuk menurunkan layarnya.
Munculnya teknologi-teknologi baru Perubahan baru mulai terjadi pada abad ke-16 dan 17, ketika berbagai instrumen untuk mengukur unsur-unsur cuaca mulai dikembangkan.
Contohnya antara lain Galileo Galilei yang mengembangkan termometer yang lebih akurat, serta Evangelista Toricelly yang menciptakan barometer untuk mengukur tekanan atmosfer.
Baca Juga:
BMKG Prakirakan Cuaca Jakarta Hari Ini Cerah Berawan
Akan tetapi, ilmu prakiraan cuaca yang ilmiah baru mulai berkembang pada abad ke-19 ketika industri perkapalan dan tentara kelautan mulai berkembang juga.
Kristine Harper, profesor sejarah ilmu bumi di University of Copenhagen, berkata bahwa pada abad ke-19, orang-orang mulai merekam temperatur dan tekanan udara, serta mencoba untuk mensistemkannya sebagai upaya untuk memprediksi cuaca.
Terobosan besar lainnya pada abad ke-19 adalah terciptanya telegraf elektrik dan jaringannya. Ini membuat para ilmuwan pada masa itu bisa mengamati bagaimana sistem cuaca berpindah dari satu tempat ke tempat lain secara real time.