Diantaranya Brazil yang inflasinya 10,1% menaikkan suku bunga 10,8% dan ada juga Rusia yang inflasinya 8,4% dan bunga acuannya menjadi 8,5%
Kemudian ada Mexico inflasinya 7,4% dan suku bunganya naik menjadi 5,5% dan Afrika Selatan inflasinya 5,9% sehingga suku bunga naik menjadi 4%. Serta ada juga Inggris yang suku bunganya naik menjadi 5,4%.
Baca Juga:
Sri Mulyani Hadiri Pembukaan Indo Defence Expo & Forum 2025
"Inflasi di AS sekarang sudah 7% dan di Uni Eropa sudah 5%. Dengan fenomena tersebut, kami memproyeksi bahwa volatilitas dari aliran modal dan nilai tukar akan terdampak," kata dia.
Fenomena ini juga ditandai dengan revisi perekonomian global oleh beberapa lembaga dunia seperti IMF.
IMF merevisi perekonomian dunia pada Januari 2022 menjadi 4,4% atau lebih rendah 0,5% dari perkiraan pada Oktober 2021.
Baca Juga:
Prabowo Gulirkan Paket Stimulus Ekonomi Rp24,44 Triliun untuk Jaga Momentum Pertumbuhan
Kemudian risiko lainnya adalah geopolitik yang terjadi sehingga menyebabkan perekonomian tumbuh tak merata di tahun ini. Dimana harga komoditas naik menguntungkan dan menjadi bencana bagi sebagian negara.
"Dengan situasi seperti itu, baik di sisi pandemi maupun lingkungan ekonomi global, menjadi lebih menantang dan rumit," pungkasnya. [tum]