"Semoga pemerintah masih punya kebijakan alternatif untuk memperkuat daya beli rakyat miskin. Bagaimana pun kebijakan pemerintah harus tetap prorakyat dan tidak hanya berkutat soal mempertahankan postur APBN semata," ucap Ratna berharap.
Sementara itu, Ketua Umum Lady Orange Wiwiek Dwimastuti menegaskan pentingnya mengurangi konsumsi BBM berlebihan.
Baca Juga:
680 Liter Pertalite Diamankan, Sat Reskrim Polres Subulussalam Tangkap Seorang Pria Diduga Lakukan Penyalahgunaan BBM
Dia mengatakan, masyarakat Indonesia dan sektor-sektor usaha perlu melakukan pengurangan konsumsi BBM, penghematan energi, konversi bahan bakar ke energi terbarukan, dan kebijakan efektifitas pengelolaan anggaran agar kenaikan harga BBM tidak langsung memberatkan rakyat kecil.
"Selama ini sudah berjalan program penghematan energi tapi program ini masih kurang berhasil. Jadi harus ada keseriusan pemerintah dalam menjalankan program-program penghematan konsumsi BBM," cetus Wiwiek yang juga merupakan Anggota Kehormatan Forum Matra itu.
Bunda Wiwiek sapaan akrab Wiwiek Dwimastuti ini juga mengkhawatirkan kalau dampak kenaikan harga BBM akan mengalami tekanan terhadap segala sektor kegiatan usaha, tingkat pengangguran akan terus meningkat, dan operasional industri banyak yang akan gulung tikar.
Baca Juga:
Pertamina Patra Niaga Tindak Tegas SPBU Nakal
"Meskipun kenaikan BBM ini bukanlah sesuatu yang baru dilakukan sekali oleh pemerintahan Jokowi tapi keputusan ini (kenaikan harga BBM) merupakan jalan terbaik pemerintah. Namun, kebijakan pemerintah janganlah menimbulkan penderitaan rakyat tambah semakin berat," pungkas Wiwiek Dwimastuti.
Sebelumnya, pemerintah telah mengumumkan kenaikan harga BBM yang ditetapkan sebagai berikut yakni, Pertalite dari Rp 7.650 menjadi Rp 10.000 per liter, Solar dari Rp 5.150 menjadi Rp 6.800 per liter, Pertamax dari Rp 12.500 menjadi Rp 14.500 per liter.
Rencana kenaikan harga BBM bersubsidi ini terjadi seiring dengan membengkaknya nilai subsidi energi yang mencapai Rp 502,4 triliun. [JP]