"Selain itu, harga komoditas minyak yang cenderung turun beberapa bulan terakhir berpotensi mendasari penyesuaian harga BBM terutama non-subsidi, sehingga bisa memicu laju inflasi cenderung menurun," terang Rio dikutip Kontan, Selasa (3/1).
Research Analyst MNC Sekuritas Raka Junico dalam risetnya pada 29 Desember 2022 juga menganalisa beberapa faktor pendorong sektor konsumen. Pertama, daya beli masyarakat yang relatif terjaga. Ditopang oleh kenaikan upah minimum, kenaikan anggaran subsidi, dan efek domino tahun politik.
Baca Juga:
Konsumen Kini Lebih Memilih Harga Murah Dibandingkan Merek
Kedua, meningkatnya perdagangan di tempat perbelanjaan modern yang dapat mendongkrak penyerapan produk seperti food and beverage (F&B) hingga produk perawatan diri. Ketiga, harga komoditas yang melandai, sehingga bisa memperbaiki margin laba dari harga bahan baku.
Sedangkan risiko yang perlu dicermati pada sektor barang konsumsi secara umum terkait kebijakan perpajakan. Misalnya saja terkait pajak cukai tembakau, produk plastik, dan minuman manis. Kemudian, depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat dapat menghambat pemulihan margin.
Dari eksternal, Rio menyoroti pelonggaran kebijakan "zero covid case" di China berpotensi meningkatkan kembali demand crude palm oil (CPO). Meski, sentimen ini mesti dicermati lebih lanjut, lantaran terjadi kenaikan kasus Covid-19 di China pasca pelonggaran.
Baca Juga:
OJK dan FSS Korea Bahas Pengawasan Lintas Batas dan Kerja Sama Keuangan
Selain itu, kebijakan ekspor CPO dari pemerintah Indonesia juga harus menjadi perhatian. Menurut Rio, CPO masih menjadi industri yang menarik diperhatikan pada sektor non-cyclicals. Bersamaan dengan saham emiten ritel yang ditaksir akan lebih banyak menghirup angin segar pasca usainya PPKM.
Rekomendasi Saham
Saham jagoan Rio dari emiten yang bergelut di bisnis tersebut adalah PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT), PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT PP London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP), dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS).