WALINKI ID I Di tengah naiknya harga komoditas belakangan ini, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengingatkan agar Indonesia bisa mewaspadai ancaman krisis energi.
"Diketahui memang harga komoditas energi sempat minus, namun kenaikan harga komoditas energi ini yang diperkirakan juga sangat berpengaruh terhadap negara kita terutama terkait subsidi energi," kata Airlangga dalam acara BeritaSatu Economic Outlook 2022 secara daring di Jakarta, Senin (22/11/2021).
Baca Juga:
Pemerintah Gelontorkan Rp8,5 Triliun untuk Peremajaan Sawit dari 2017 hingga 2023
Pemulihan ekonomi secara cepat dan tertekan akibat COVID-19 menyebabkan disrupsi rantai nilai pasokan, sehingga berbagai harga termasuk minyak mentah, gas alam, batubara, tembaga, dan minyak sawit mengalami kenaikan.
Dengan demikian, beberapa negara pun mengalami krisis energi terutama saat transisi dari energi berbasis fosil ke energi terbarukan yang tidak berjalan sesuai dengan harapan.
Airlangga menilai kenaikan harga energi dipicu oleh peningkatan harga komoditas energi di Tiongkok lantaran energi terbarukan yang lebih terbatas.
Baca Juga:
Ancaman Krisis, Bos IMF Minta RI Batasi Subsidi BBM hingga Energi
"Kita harus belajar dari transisi energi ini agar transisi energi ini tidak berdampak terhadap base load yang dipersiapkan, karena data base load ini penting untuk sektor produktif," ungkap dia.
Selain krisis energi, dirinya menyebutkan setidaknya ada beberapa tantangan lainnya yang akan dihadapi Indonesia ke depannya, yakni COVID-19 dan varian barunya, ketidakpastian geopolitik, pengurangan pembelian aset oleh Bank Sentral AS, serta perubahan iklim.
"Artinya gas dan rem ini tetap harus dijaga, karena kita ketahui COVID-19 belum berakhir dan masih terdapat beberapa risiko eksternal lainnya," ujar Menko Airlangga. (tum)