Wahanaadvokat.com | Bepergian atau mudik dengan naik bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) masih menjadi pilihan ekonomis dan nyaman saat ini.
Penumpang yang melakukan perjalanan ke luar kota dengan bus AKAP juga harus tetap waspada dengan barang bawaannya, karena aksi pencopetan masih bisa terjadi.
Baca Juga:
Maling Laptop Tukar Buku yang Tertangkap Basah di Bus Dilepas Polisi, Ini Alasannya
Meski begitu, pengemudi dan kru bus AKAP dapat memberikan kode-kode jika melihat ada komplotan pencopet yang naik bus.
Kode jika ada copet
Biasanya, pengemudi memberi kode dengan menyalakan lampu kabin, mengeraskan volume musik dan mengemudi dengan kasar.
Baca Juga:
Copet Pasar Berastagi di Diserahkan ke Polisi
Dengan memberi kode tersebut, penumpang dibuat tidak bisa istirahat atau tidur. Sehingga lebih waspada untuk menjaga barang bawaannya.
Anggota Forum Bismania Dimas Raditya mengatakan, kode ini dilakukan agar penumpang tetap waspada.
“Jadi ketika ada komplotan pencopet, kode yang dilakukan pengemudi dan kru antara gaya menyetirnya dibuat kasar atau volume musik yang dibuat kencang,” ucap Dimas mengutip Kompas.com, Rabu (2/6/2021) lalu.
Dimas mengatakan, dengan gaya mengemudi yang kasar tadi, lalu volume musik yang keras, membuat penumpang tidak nyaman. Sehingga dengan begitu, penumpang tidak bisa beristirahat.
“Penumpang jadi enggak nyaman, jadi siaga terus,” kata Dimas.
Bila penumpang terus siaga, tentu saja ruang gerak pencopet jadi lebih sempit. Dengan begitu, jika sudah mengetahui kode-kode ini, penumpang bisa lebih siaga mengamankan barang bawaannya.
Lantas kenapa sopir dan kru bus AKAP hanya bisa memberikan kode, tidak memberi tahu langsung ke penumpang?
Pemilik PO Sumber Alam Anthony Steven Hambali mengatakan, adanya kode tersebut bertujuan untuk mengingatkan penumpang, karena jika diberitahu secara langsung ada copet, kru bus bisa menjadi korban.
“Memberi tahu kepada penumpang cukup lewat kode saja, dengan melakukan pengumuman agar berhati-hati dengan barang bawaannya. Jika secara langsung, bisa berisiko kepada kru,” ucap Anthony kepada Kompas.com, Kamis (3/6/2021) lalu.
Anthony menjelaskan, pernah terjadi kru PO Sumber Alam yang dipukul oleh copet karena mengingatkan pelanggan ada copet di kabin bus.
Oleh karena itu, dengan memberi kode, harapannya penumpang bisa paham agar menjaga barang bawaannya.
“Namun sekarang rasanya copet sudah tidak ada. Mungkin di beberapa tempat saja, di mana bus masih bisa naik dan turun di jalan, tiketnya belum online,” kata Anthony.
Hariyadi, pengemudi bus AKAP PO Raya mengatakan, pengemudi dan kru tidak bisa asal menuduh penumpang sebagai copet.
Namun biasanya, agen yang ada di terminal memberi informasi penumpang yang dicurigai sebagai pencopet.
“Kalau misalkan ada yang dicurigai pencopet naik, agen memberitahu pengemudi dan kru untuk hati-hati. Kita tidak bisa menuduh, hanya bisa mencurigai saja,” ucapnya.
“Yang tahu detail dia pemain atau bukan itu justru agen bus. Dia kan di terminal dan bergerak ke agen-agen lain, jadi tahu mana yang pemain, mana yang bukan,” ucap Hariyadi.
Jadi, agen memberi informasi kepada pengemudi dan kru untuk berhati-hati karena ada penumpang yang dicurigai sebagai pemain.
Jika sudah diberi informasi, pengemudi dan kru biasa memberi kode kepada para penumpang agar tetap waspada.
“Kodenya banyak, misal lampu dihidupkan, volume musik dikeraskan. Jadi penumpang itu dibuat enggak bisa tertidur, selalu waspada,” kata Hariyadi.
Lalu, ciri yang kedua adalah turunnya enggak tentu atau tidak sesuai tujuannya. Namun, kru dan pengemudi tidak boleh asal menuduh siapa copet atau pemain, tetapi hanya bisa mencurigainya.
“Seandainya ditanyakan turunnya di mana, misalnya Solo, tapi kok di Semarang dia turun, itu harus dicurigai. Tapi cuma dicurigai, enggak bisa dituduh,” kata Hariyadi.
Kemudian, jika dia sudah turun dan ada penumpang yang mengeluh kehilangan barang, pengemudi dan kru tidak bisa berbuat banyak.
Sebab, di tiket juga biasanya sudah ditulis bahwa barang yang hilang atau tertukar menjadi risiko penumpang.
“Namun, kalau belum ada yang turun dan ada yang mengeluh kehilangan barang, pengemudi bisa mengarahkan bus ke kantor polisi setempat untuk pemeriksaan penumpang,” ucapnya. [tum]