Wahanaadvokat.com | Pengeroyokan Ade Armando Ketua Pergerakan Indonesia untuk Semua (PIS) oleh sekelompok orang di antara massa demo di depan kompleks parlemen, Jakarta Pusat, Senin (11/4) menuai banyak kecaman dari berbagai pihak.
Mereka yang mengecam di antaranya putri Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid yang dikenal sebagai aktivis Gusdurian, Alissa Wahid. Alissa menegaskan tidak membenarkan segala jenis kekerasan terhadap siapapun itu.
Baca Juga:
Nah, yang Lain di Razia, Namun PETI Milik Takim dan Angli di Desa Tanjung Benuang Merangin Aman
"Mengutuk segala jenis kekerasan, dilakukan oleh siapapun, kepada siapapun," ujar Alissa Wahid melalui akun Twitter @AlissaWahid, Senin (11/4) sore.
Sikap penolakan juga dikeluarkan pendiri rumah produksi Watchdoc, Dandhy Laksono.
"Menolak segala bentuk kekerasan kepada siapapun," terang Dandhy Laksono sambil menyertakan tautan berita pemukulan Ade Armando di unggahan Twitternya, Senin (11/4) sore.
Baca Juga:
Tersangka Kasus Pengeroyokan di Nias Barat Tidak Ditahan Polisi, Keluarga Korban Protes
Pun dari Ketua Umum YLBHI M Isnur. Lewat akun Twitternya kemarin, Isnur menulis utas yang diawali dengan pernyataan," Tak ada kekerasan yang bisa ditoleransi, oleh siapapun terhadap siapapun."
Secara gamblang anggota Komisi III DPR RI dari Fraksi Partai NasDem, Taufik Basari ikut buka suara. Dia secara tegas menghargai unjuk rasa yang digelar. Namun, tidak dapat membenarkan kekerasan yang dialami Ade.
"Tapi saya mengecam tindakan kekerasan yang biadab terhadap Ade Armando. Kekerasan tidak boleh dibenarkan, kepada siapapun, oleh siapapun," kata Taufik Basari dalam media sosial Twitternya, Senin (11/4) sore.
Ikatan alumni Universitas Indonesia (ILUNI UI) juga mengecam tindak kekerasan para pelaku terhadap Ade Armando. Ketum ILUNI UI Andre Rahadian berpendapat seharusnya kebebasan berekspresi dilakukan dengan cara yang baik serta tidak boleh menghalalkan tindak kekerasan dan pengeroyokan dari pihak manapun.
Apalagi, sambungnya, tujuan Ade Armando adalah untuk menyuarakan dukungannya terhadap perjuangan mahasiswa dengan cara yang damai.
"Kedatangan beliau adalah bentuk ekspresi berpendapat yang seharusnya dilindungi undang-undang, apalagi dengan cara yang damai," kata Andre.
Di satu sisi pihaknya menduga aksi pengeroyokan yang dialami Ade Armando sebagai cerminan polarisasi yang makin tajam di masyarakat. Polarisasi tersebut, ujar dia, muncul karena keprihatinan masyarakat atas situasi pandemi, gejolak sosial dan harga-harga yang naik serta tensi politik yang meningkat menuju 2024.
Sementara itu berdasarkan pantauan di media sosial, kontroversi Ade Armando selama ini turut membelah opini atas penganiayaan yang terjadi pada dirinya.
Selain itu, dalam aksi demo 11 April yang terjadi di lokasi terpisah--bukan di depan DPR, tapi Patung Arjuna Wiwaha (Patung Kuda) di Jalan Medan Merdeka Barat--orator mengumumkan respons atas pengeroyokan Ade Armando.
Orator tersebut mengatakan pemukulan terhadap dosen Universitas Indonesia (UI) itu merupakan wujud kemuakan rakyat terhadap buzzer-buzzer yang membelah bangsa. Ia lantas meminta massa aksi agar tetap teguh berjuang demi tegaknya keadilan dan kesejahteraan.
"Itu kemarahan rakyat yang sudah muak dengan buzzer-buzzer penghancur, pembelah bangsa," ujarnya dari mobil komando di Patung Kuda, Senin (11/4).
Orator tersebut berasal dari kelompok Aliansi Rakyat Menggugat. Ia mengucapkan kalimat bersyukur hingga dua kali.
"Beredar di media sosial Ade Armando dipukuli, alhamdulillah, alhamdulillah," katanya.
Ade tampak berada di depan Kompleks Gedung DPR/MPR saat mahasiswa dari berbagai kampus menggelar aksi demonstrasi.
Ia yang sempat berbincang dengan sejumlah wartawan peliput aksi mengaku tidak berniat ikut demo, tapi Ade menyatakan dukungannya pada aspirasi BEM SI yang menolak wacana penundaan pemilu 2024 dan perpanjangan masa jabatan presiden.
Situasi demonstrasi awalnya terpantau kondusif. Alih-alih selesai dengan damai, keadaan berubah ricuh saat polisi mesti menembakkan gas air mata karena Ade dikeroyok massa aksi.
Ade pun diselamatkan petugas kepolisian dan mendapat perawatan di Rumah Sakit Siloam.
Menurut Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran, pelaku pemukulan Ade sudah teridentifikasi dan meminta mereka menyerahkan diri. [tum]