Harga barang, terutama kebutuhan pokok, cenderung mengalami kenaikan harga selama bulan Ramadhan.Bahkan, beberapa komoditas bahkan masuk kategori rentan (volatile) sehingga pemerintah harus melakukan intervensi.
Dalam kondisi ini, konsumen harus jeli untuk memastikan barang kebutuhan yang dibeli masih di harga normal. Banyak konsumen yang memutuskan untuk menunda membeli produk apabila harga yang tertera dianggap terlalu mahal.
Baca Juga:
Bijak Ber-TKDN, Pj Wali Kota Bekasi: "Jadilah Pahlawan dengan Berperan dalam Pertumbuhan Ekonomi"
Sementara beberapa swalayan lebih memilih untuk tidak menampilkan produk yang dianggap harganya sudah tidak masuk akal serta mengganti dengan produk substitusi yang dari sisi harga masih terjangkau.
Selektivitas terhadap distributor juga menjadi keharusan selama Ramadhan untuk memastikan produk yang ditawarkan kepada konsumen tetap terjangkau namun berkualitas dan tentu dijamin kehalalannya.
Seiring terjadinya peningkatan kunjungan konsumen ke gerai-gerai swalayan selama bulan Ramadhan tentunya harus dibarengi dengan peningkatan pelayanan khususnya ketersediaan produk pangan. Peningkatan daya beli masyarakat di bulan Ramadhan menjadi catatan bagi pengusaha retail untuk melengkapi stok barang.
Baca Juga:
Kemasan Produk yang Menarik Perhatian Konsumen
Pengalaman Ramadhan pada tahun-tahun sebelumnya menjadi pembelajaran bagi pengusaha retail untuk menyiapkan produk-produk yang memang banyak dicari konsumen. Tentunya produk-produk itu harus tetap melalui kontrol ketat untuk memastikan kualitas dan kehalalannya.
Harapan serupa juga ditujukan pedagang di pasar tradisional di tengah-tengah ketidakpastian harga bahan pangan. Harus jeli dalam memilih produk pangan tanpa mengorbankan mutu dan kualitas untuk memastikan konsumen tetap berbelanja di tempat lapaknya.
Dengan demikian, terdapat dua lapis perlindungan kepada konsumen, yakni lapis pertama dari pemerintah sedangkan lapis berikutnya dari pedagang atau pengusaha swalayan.