Perapki.WahanaNews.co | Hasil survei terbaru dari LSI Denny JA memproyeksikan empat pimpinan partai politik bakal menjadi king maker atau penentu peta politik pada Pilpres 2024.
Mereka antara lain Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh, dan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.
Baca Juga:
Prabowo Subianto: Kerja Sama dalam Pemerintahan Pasca Pilpres 2024
Dalam survei terbarunya, LSI menyebut keempat tokoh politik yang juga ketua umum di partai masing-masing tersebut dinilai akan menentukan jumlah poros koalisi.
"LSI Denny JA mencatat tumbuhnya empat king maker yang akan menentukan maksimal tiga pasang capres," demikian dikutip dari rilis LSI Denny JA, Selasa (20/12).
Megawati misalnya, selaku orang nomor satu di PDIP sebagai satu-satunya partai pemilik tiket untuk mengusung capres dengan 22,26 persen suara atau 128 kursi di DPR.
Baca Juga:
Ganjar Jadi Oposisi, Budiman Sudjatmiko: Kalau Individu Itu Kritikus
Lalu Airlangga, Ketua Umum Golkar yang telah membentuk poros koalisi dengan PPP dan PAN. Ketiga partai telah memenuhi syarat pencalonan dengan total 148 kursi.
Sementara Prabowo merupakan satu satu nama yang selalu masuk tiga besar kandidat capres di sejumlah hasil survei. Partainyapun telah berkoalisi dengan PKB.
Di sisi lain Surya Paloh telah mendeklarasikan Anies Baswedan sebagai capres. NasDem juga intens berkomunikasi dengan Demokrat dan PKS untuk berkoalisi.
Baik Golkar, Gerindra, maupun NasDem akan memenuhi syarat pencalonan presiden jika sepakat berkoalisi dengan total kursi parlemen sebanyak 163 kursi.
"Dengan komposisi di atas, paling banyak hanya mungkin tiga pasangan capres karena PDIP sepertinya mustahil tidak berkoalisi dengan partai lain".
Dilema pencalonan
Namun, keempat king maker disebut-sebut akan menghadapi dilema karena berbagai kepentingan.
Pertama Surya Paloh. Hasil survei menyebut, Anies menang pada basis pemilih oposisi Presiden petahana RI Joko Widodo (Jokowi). Anies unggul dari Gubernur Jawa Tengah yang juga kader PDIP Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto dengan elektabilitas mencapai 35,6 persen.
Menurut LSI, posisi itu membuat NasDem harus memilih, apakah bertahan di koalisi pemerintahan Jokowi-Ma'ruf Amin atau keluar.
"NasDem tetap di pemerintahan atau keluar dari pemerintahan agar tegas bahwa Anies Baswedan yang diusung membawa isu perubahan," tulis LSI.
Sedangkan bagi PDIP, LSI memperkirakan partai banteng akan menghadapi situasi sulit untuk memilih partai koalisi.
Menurut LSI, PDIP memiliki dua pilihan, yakni bergabung dengan Gerindra atau KIB.
Pada pilihan pertama, PDIP harus rela kadernya menjadi cawapres pendamping Prabowo. Sementara jika PDIP mengusung kader sebagai capres, ia harus memilih cawapresnya dari Koalisi Indonesia Baru (KIB) atau berdasarkan kesepakatan dengan PKB.
"Jika Ganjar dipilih maju sebagai capres PDIP siapa wakilnya? Mustahil cawapres Ganjar adalah Prabowo. Karena Prabowo ingin tetap menjadi capres (ini berarti tidak berkoalisi dengan Gerindra)".
Kemudian Airlangga akan dihadapkan pada posisi sulit jika maju sebagai capres sebab tak memiliki elektabilitas yang cukup. Airlangga, menurut LSI, bisa maju sebagai cawapres dari Anies atau Ganjar.
Sementara itu Prabowo dihadapkan posisi sulit karena sudah dua kali kalah dalam Pilpres. Prabowo juga disebut akan kesulitan mencari cawapres di luar PKB.
"Dilema ketiga Prabowo kesulitan mencari cawapres di luar PKB. Sementara PKB bersikukuh harus Cak Imin [Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar] cawapresnya," kata LSI.
Survei LSI Denny JA dilakukan pada 10-19 Oktober 2022 lewat riset kuantitatif terhadap 1.200 responden di 34 Provinsi di Indonesia.
Riset kuantitatif dilakukan dengan wawancara dilaksanakan secara tatap muka dengan margin of error sebesar +/- 2.9 persen.
Sementara riset kualitatif di bulan Desember 2022 dilakukan dengan analis media, focus group discussion (FGD) dan indepth interview. [tum]