PPPKI.id | Kementerian Kesehatan RI angkat bicara terkait dugaan varian yang pertama kali ditemukan di Afrika Selatan itu sudah masuk ke Tanah Air. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan, varian B.1.1.529 atau Omicron, hingga saat ini belum terdeteksi kemunculannya di Indonesia.
"Belum," tegasnya saat dikonfirmasi, Selasa (30/11).
Baca Juga:
Kemenkes Minta Masyarakat Jangan Anggap Enteng Dampak Polusi Udara
Sebelumnya, sejumlah ahli epidemiologi menduga varian Omicron sudah masuk ke Indonesia. Varian ini kemungkinan dibawa oleh pelaku perjalanan internasional.
"Kalau kemungkinan bisa saja karena pelaku perjalanan internasional kan ada yang masuk Indonesia selama ini," kata Epidemiolog Universitas Airlangga (Unair) Windhu Purnomo, Selasa (30/11).
Windhu mengatakan, pemerintah melaporkan belum menemukan varian Omicron berdasarkan whole genome sequencing. Biasanya, proses surveilans terhadap varian baru membutuhkan waktu paling lama sebulan.
Baca Juga:
85 Persen Isi RUU Kesehatan Terkait Perbaikan Layanan
"Saat ini dengan instrumen yang makin baik, mestinya bisa 1 sampi 2 minggu saja,” ujarnya.
Epidemiolog dari Centre for Environmental and Population Health Griffith University Australia Dicky Budiman juga menduga hal serupa. Sebab, aktivitas perjalanan internasional dari Afrika Selatan tidak dibatasi dalam beberapa pekan terakhir.
Varian Omicron pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan pada 9 November 2021. Baru diinvestigasi Badan Kesehatan Dunia atau WHO pada 24 November 2021.
Dua hari setelahnya atau 26 November 2021, WHO menetapkan Omicron menjadi varian of concern (VoC).
Artinya, pelaku perjalanan yang membawa virus ini ke beberapa kawasan atau negara di dunia tentu sudah terjadi sebelumnya, termasuk ke Indonesia atau ke ASEAN lah," ujarnya.
Menurut Dicky, surveilans whole genome sequencing di Indonesia membaik. Namun, masih lebih rendah dibandingkan negara lain. Data sementara, whole genome sequencing di Tanah Air hanya 0,2 persen dari total kasus yang diperiksa.
"Kalau mengklaim enggak ada (Omicron) tapi juga surveilans genomik kita setidaknya di kisaran 1 persen atau mau disamakan dengan Afrika Selatan 0,8 persen tentu akan juga lebih memiliki argumen kuat," katanya. (JP)