PPPKI.id | Krisis energi global semakin memburuk akibat cuaca dan lonjakan permintaan. Hal itu menjadi alarm menjelang musim dingin karena akan lebih banyak energi yang dibutuhkan untuk menyalakan dan memanaskan rumah.
Pemerintah di seluruh dunia berusaha membatasi dampaknya terhadap konsumen, tetapi mengakui bahwa mereka mungkin tidak dapat mencegah lonjakan tagihan listrik.
Baca Juga:
Bos BNBR Ungkap Kesiapan Transisi Energi Terbarukan
Krisis energi telah mendorong harga minyak mencapai rekor tertinggi dalam tujuh tahun di Amerika Serikat pada minggu ini, seperti dilansir detikcom.
Bank of America baru-baru ini memperkirakan bahwa musim dingin dapat mendorong harga minyak mentah patokan global, Brent menembus level US$ 100 per barel. Harga minyak belum pernah setinggi itu sejak 2014.
Situasinya diperumit karena meningkatnya tekanan pada pemerintah untuk mempercepat transisi ke energi yang lebih bersih.
Baca Juga:
Solusi Krisis Pangan, Gubernur Ridwan Kamil Persembahkan WJIS 2022
Di China, pemadaman bergilir sudah dimulai, sementara pembangkit listrik di India berebut batu bara. Advokasi konsumen di Eropa menyerukan larangan pemutusan sambungan listrik jika pelanggan tidak dapat segera melunasi tunggakan mereka.
Krisis ini berakar pada melonjaknya permintaan energi karena pemulihan ekonomi dari pandemi sedang berlangsung, dan lain sebagainya.
Musim dingin yang luar biasa panjang dan cuaca dingin awal tahun ini menghabiskan stok gas alam di Eropa. Melonjaknya permintaan energi telah menghambat proses pengisian kembali, yang biasanya terjadi selama musim semi dan musim panas. (JP)