PPPKI.id | Produsen mobil BMW tengah menjajaki investasi baru dalam hal energi surya, panas bumi, dan hidrogen.
Cara ini dilakukan BMW demi menurunkan ketergantungan pada gas alam dan mendukung penghijauan di bumi.
Baca Juga:
PLN Gandeng BMW, Setiap Pembelian Mobil EV dapat Fasilitas Home Charging Terintegrasi
Dikutip detikcom dari Reuters, BMW telah meneliti sejumlah langkah untuk mendukung program mengurangi penggunaan gas bumi.
Salah satu caranya dengan menambahkan panel surya ke beberapa pabrik dan mengembangkan rencana dengan otoritas lokal untuk membawa hidrogen ke pabrik BMW di Leipzig, Jerman.
"Hidrogen sangat cocok untuk menurunkan atau bahkan sepenuhnya mengimbangi permintaan gas," kata salah satu anggota Board of Management BMW AG, Milan Nedeljkovic.
Baca Juga:
PLN Gandeng BMW, Tiap Pembelian Mobil EV dapat Fasilitas Home Charging Terintegrasi
Salah satu alasan lain kenapa BMW mulai mengurangi penggunaan gas alam, selain demi mendukung penghijauan di bumi, adalah mengantisipasi ketergantungan penggunaan gas alam yang dikirim dari berbagai negara, salah satunya dari Rusia.
"Industri kami telah menyumbang 37 persen dari konsumsi gas alam di Jerman. Dan jika terjadi penghentian pengiriman gas dari Rusia, bukan hanya BMW saja tetapi seluruh sektor akan terhenti," ujarnya.
Selain itu, BMW sudah memiliki persiapan rencana dan langkah yang lebih luas lagi jika suatu saat Rusia mulai memberikan jatah gas alam secara terbatas atau bila terjadi penghentian pengiriman pasokan gas secara tiba-tiba.
Lebih lanjut Nedeljkovic mengatakan di luar Jerman, tepatnya pabrik baru BMW di Debrecen, Hungaria, akan menjadi pabrik mobil pertama di dunia yang sepenuhnya beroperasi tanpa bahan bakar fosil dan bakal sangat bergantung pada tenaga surya.
Selain itu, ia mengungkapkan bahwa pabrikan asal Jerman itu juga mempertimbangkan untuk menggunakan energi panas bumi.
Nedeljkovic mengklaim jika tenaga panas bumi lebih stabil daripada energi terbarukan yang bergantung pada cuaca, namun belum melihat pertumbuhan atau investasi yang sebanding.
Hal itu karena biaya di muka yang tinggi dan proses perizinan yang rumit untuk melakukan pengeboran ke inti bumi.
Ketika ditanya soal potensi menggunakan energi nuklir, Nedeljkovic menyebut bahwa energi nuklir juga bisa menjadi salah satu faktor yang menstabilkan energi, terutama di masa yang bergejolak seperti sekarang.
"Untuk produksi kami sendiri, kami mengandalkan sumber energi regeneratif," ucap Nedeljkovic. [JP]