WahanaAdvokat.com | Aipda Monang Parlindungan Ambarita, atau yang lebih akrab disapa Aipda Ambarita, menjadi sorotan setelah videonya memaksa memeriksa HP milik warga, viral di media sosial.
Dalam video yang diunggah ulang akun Twitter @xnact, terlihat Ambarita bersama anggota lainnya memeriska HP milik seorang warga yang terjaring razia patroli malam.
Baca Juga:
Duga Admin Medsosnya Masih Labil, Humas Polda Kalteng Minta Maaf
Kendati warga tersebut sempat menolak dengan alasan privasi, Ambarita mengatakan pemeriksaan HP merupakan wewenang Polri yang sudah diatur dalam undang-undang.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Yusri Yunus, mengatakan, diduga ada pelanggaran SOP terkait tindakan Ambarita.
"Ya untuk kasus Pak Ambarita memang betul kita akui ada dugaan pelanggaran SOP," katanya.
Baca Juga:
Polri Lagi Jadi Sorotan, Dua Kapolsek Dicopot dalam Sepekan
"Pak Ambarita diduga melanggar SOP sehingga sekarang ini Pak Ambarita diperiksa di Propam," ujarnya, Selasa (19/10/2021).
Tak hanya diperiksa, Ambarita juga dimutasi ke bagian Humas Polda Metro Jaya.
Mutasi Ambarita itu tertuang dalam Surat Telegram bernomor ST/458/X/KEP/2021 tertanggal 18 Oktober 2021.
Surat tersebut sudah ditandatangani oleh Karo SDM Kapolda Metra Jaya, Kombes Putra Narendra.
Meski begitu, belum diketahui apakah mutasi tersebut berkaitan dengan dugaan pelanggaran SOP.
Profil Aipda Ambarita
Aipda Ambarita sebelumnya menjabat sebagai Banit 51 Unit Dalmas Satsabhara Polres Jakarta Timur.
Namun, usai dimutasi, kini ia ditempatkan di Bid Humas Polda Metro Jaya.
Karier Ambarita menjadi polisi berawal pada 1998-1999.
Kala itu, ia menganggur setelah dipecat dari perusahaan cat tahun 1997.
"Saya waktu itu main ke Blok M, terus ada tulisan di banner 'penerimaan siswa dikmaba PK Polri Tahun 1998-1999'. Dari situ, saya mencoba lagi," kata dia, saat ditemui pada Senin (16/11/2020).
Diketahui, sebelum mendaftar menjadi polisi di tahun 1998, Ambarita sudah pernah menjajal peruntungan pada 1995, selepas lulus SMA.
Kala itu, ia memberanikan diri mendaftar Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (Akabri).
Tetapi, ia gagal saat menjalani tes terakhir.
"Hasil tes terakhir menyatakan saya gagal. Sempat ditawari ke Bintara Kostrad, tetapi saat itu saya bilang, 'Enggak usahlah, tahun depan saja'," ungkapnya.
Di tahun 1996, Ambarita mencoba mendaftar Bintara Polisi.
Namun, ia gagal saat tes kesehatan karena kelebihan berat badan.
Ketika mendaftar sebagai polisi di tahun 1998, ia mengaku heran lantaran lulus setiap tahapan tes.
Setelah lulus, Ambarita langsung ditugaskan di Mojokerto, Jawa Timur.
"Terus akhirnya dipanggil ke Polda Metro Jaya dan dinyatakan lulus," katanya.
"Saya ditugaskan ke Mojokerto, Jawa Timur, dan menjalani pendidikan," kisahnya.
"Setelah beberapa bulan menjalani pendidikan, saya resmi jadi polisi," tambahnya.
Saat Dwifungsi ABRI dihapus, ia dipindahkan ke Jakarta hingga saat ini.
Ambarita pernah bertugas di Reserse Polda Metro Jaya sebelum ditempatkan di Polres Jakarta Timur.
Jadi Pemimpin Tim Pengurai Massa
Aipda Ambarita dipercaya menjadi pemimpin tim pengurai massa Polres Jakarta Timur, Raimas Backbone, di tahun 2017.
Tim yang berada di bawah Direktorat Sabhara Polres Jakarta Timur ini bukan sengaja dibentuk seperti Tim Rajawali.
"Kami tidak dibentuk, karena sesuai peraturan dinas," ucap Aipda Ambarita.
Mengenai nama Raimas Backbone, Ambarita menerangkan nama itu terinspirasi dari Sabhara Backbone.
Nama Raimas sendiri merupakan singkatan dari pengurai massa.
"Dulu ada yang namanya Sabhara Backbone, itu semacam tulang punggung dari Polri, yang bergerak paling depan. Nah, terinspirasinya dari situ," kata Ambarita.
"Jadi namanya tim pengurai massa ditambah kata 'Backbone', Raimas Backbone," lanjutnya.
Tim Raimas Backbone memiliki kanal YouTube yang hingga Selasa (19/10/2021) telah memiliki 1,39 juta subscribers.
Kanal yang dibuat sejak 12 September 2018 ini dipakai sebagai media publikasi aksi Raimas Backbone.
Selain YouTube, Raimas Backbone juga memiliki akun Instagram.
"Semua yang ada di YouTube dan Instagram kami itu apa adanya, artinya tidak dibuat-buat," ungkap Ambarita.
Lewat kanal YouTube-nya, Raimas Backbone bisa mencukupi biaya operasional mereka sendiri.
Termasuk uang makan dan memperbaiki kendaraan yang digunakan.
"Bikin YouTube, menghasilkan uang. Itu buat kami makan. Dulu enggak ada uang makan dari kantor," ungkapnya.
"Ada motor yang rusak, misalnya ganti tali kopling, itu uang dari YouTube," paparnya.
"Karena lewat pengajuan dari kantor lama, sementara patroli jalan terus," lanjutnya.
"Misal ban pecah, nunggu uang dari kantor lama, masak enggak patroli dulu? Enggak bisa," bebernya. [dny]