Pihaknya banyak menerima informasi kasus pelecehan seksual, namun kebanyakan korban belum berani melaporkan. Pihaknya masih melakukan pendampingan dan mendorong korban untuk melaporkan kejadian tersebut.
Menurut dia, kebanyakan modus yang dilancarkan para dosen predator tersebut menawarkan kemudahan penyusunan skripsi kepada para korban, berlanjut ke pembahasan hal pribadi yang menjurus ke obrolan mesum, hingga akhirnya mengajak berhubungan badan.
Baca Juga:
Tersangka Razman Nasution Jalani Tes Kesehatan & Sidik Jari di Bareskrim
"Modusnya melalui obrolan dalam pembuatan skripsi, hingga berkaitan dengan orientasi seks. Dalam obrolan itu, pelaku memancing obrolan yang menjurus ke seks," ungkap Rahmat Riady.
Untuk korban F dan C, mereka mengaku telah dilecehkan secara verbal sejak September 2021. Terduga pelaku R sering membicarakan hal-hal tidak senonoh seperti ukuran kelaminnya. Pelaku pun sewaktu-waktu mencoba melakukan video call pada malam hari namun tidak pernah diangkat oleh para korban.
Para korban hanya menanggapi dingin pesan-pesan tersebut namun terpaksa harus terus berkomunikasi dengan pelaku karena butuh melakukan bimbingan untuk skripsi yang sedang disusun.
Baca Juga:
Jaksa Penuntut Umum Kejari Bireuen Tangani Kasus Pelecehan Seksual Terhadap Anak
"Ketika ajakan terlapor tak ditanggapi oleh para korban, maka terlapor akan buru-buru menghapus chat mesumnya. Modus ini terus berulang ke mahasiswa lainnya," kata Rahmat.
BEM KM Unsri masih membuka unit pelaporan bagi mahasiswa yang pernah dilecehkan oleh tenaga pendidikan Unsri. Pihaknya mengaku siap mengawal agar korban mendapatkan keadilan.
"Kita juga masih tracking siapa lagi korban yang mau mengadu. Sejauh ini ada tiga orang lain yang bakal melapor ke polisi dalam waktu dekat. Kesulitannya tidak banyak yang berani speak up. Makanya kita di sini hadir untuk melakukan pendampingan," ujar dia. (tum)