"Penduduk Indonesia tercatat melakukan pembelian neto surat berharga di luar negeri (net outflow) sebesar US$ 1 miliar, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar US$ 0,5 miliar," tulis Bank Indonesia dalam laporannya.
Investor asing juga menjual Surat Utang Negara (SUN) sebesar US$ 2,9 miliar di kuartal I-2022. Banyaknya aksi jual oleh investor asing tercermin dari kepemilikan investor asing pada SUN. Posisi kepemilikan asing pada SUN turun menjadi US$ 58 miliar di kuartal I-2022 sementara pada kuartal IV-2021 tercatat US$ 61,2 miliar. Secara prosentase, kepemilikan asing turun menjadi 20,9% di kuartal I-2022 dari 22,9% di kuartal IV-2021.
Baca Juga:
Investor Siap Masuk, Anindya Bakrie: Target Investasi Rp 1.900 Triliun di Depan Mata
Sama seperti SUN, asing juga ramai-ramai melepas Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). Total dana asing kabur pada instrumen tersebut mencapai US$ 0,8 miliar baik berdenominasi rupiah atau valas.
Namun, aksi jual oleh investor asing tidak terjadi pada surat utang milik perusahan swasta. Pada sektor swasta, masih terjadi net inflow sebesar US$ 0,5 miliar.
Pasar saham juga masih tercatat net inflow dari investor asing sebesar US$ 2 miliar pada kuartal I-2022, lebih tinggi dibandingkan kuartal IV-2021.
Baca Juga:
WNA China Tersangka Kasus Judi Online Nyamar Jadi Investor di Indonesia
"Defisit portofolio pada triwulan I-2022 disumbang oleh sektor publik yang mencatatkan arus keluar neto sebesar US$ 3,5 miliar. Sementara, investasi portofolio sektor swasta mencatat surplus," tulis Bank Indonesia.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan surplus pada transaksi berjalan masih akan berlanjut. Namun, angkanya akan mengecil sejalan dengan tingginya permintaan dalam negeri dan impor.
"Kabar baiknya, pemerintah akan membuka ekspor CPO (crude palm pil) dan turunannya kembali," tutur Andry dalam Macro Brief.