Konsumen.WahanaNews.co | 60 persen negara berpenghasilan rendah diklaim Menteri Keuangan Sri Mulyani sedang sakit karena terlilit banyak utang.
"Sekitar 60 persen negara berpenghasilan rendah sudah atau hampir mati," ungkap Sri Mulyani dalam pembukaan Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG) Meeting di Bali, Jumat (15/7).
Baca Juga:
Gelar Sosialisasi Pengaturan Devisa Hasil Ekspor Terbaru, Pemerintah Tekankan Mekanisme Pelaksanaan dan Pengawasan
Sementara, negara berkembang berpotensi tak bisa membayar utang dalam satu tahun ke depan. Namun, Sri Mulyani tak menjabarkan lebih lanjut mana saja negara yang benar-benar sakit dan tak bisa membayar utang.
"Negara-negara berkembang mungkin tidak dapat memenuhi pembayaran utang selama satu tahun ke depan," tutur Sri Mulyani.
Ia mengatakan dunia mendapatkan cobaan terus menerus. Mulai dari pandemi covid-19, perubahan iklim, utang, perang Rusia-Ukraina, inflasi, dan kenaikan suku bunga acuan sejumlah bank sentral di dunia.
Baca Juga:
JP Morgan Optimis Danantara Bisa Percepat Pertumbuhan Investasi
"Jadi ancaman perang, krisis komoditas, dan peningkatan inflasi global juga dapat meningkat dan menciptakan limpahan utang yang nyata, tidak hanya untuk negara berpenghasilan rendah, tapi juga negara berpenghasilan menengah, atau bahkan ekonomi maju," katanya.
Indonesia sendiri mencatat utang negara sebesar Rp7.002 triliun dengan rasio utang sebesar 38,88 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) per Mei 2022. Realisasi itu turun dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai Rp7.040 triliun dengan rasio 39,09 persen.
Sebelumnya, Presiden Bank Dunia David Malpass sudah mewanti-wanti bahwa beberapa negara sulit menghindari resesi karena perang antara Rusia-Ukraina hingga gangguan rantai pasok di global.