Konsumen.WahanaNews.co | Annuar Musa, Ketua Gugus Tugas Khusus Penanggulangan Inflasi mengatakan pasokan serta harga ayam di Malaysia sudah kembali aman dan stabil.
Annuar mengatakan pemeriksaan yang dilakukan pihak berwenang menunjukkan harga ayam di Negeri Jiran sudah dijual kurang dari 9,5 ringgit Malaysia per kg.
Baca Juga:
Kebijakan Proteksionisme Trump Berpotensi Pukul Ekspor Indonesia
"Berdasarkan update yang kami terima, kami berhasil menstabilkan situasi, harga, dan pasokan ayam. Hasil pemeriksaan aparat penegak, ayam dijual di bawah harga pagu," katanya mengutip channelnewsasia.com, Kamis (7/7). Ia menambahkan bahkan ada pedagang di pasar yang menjual di bawah 9 ringgit Malaysia per kg.
Upaya untuk menstabilkan harga dan pasokan ayam di Malaysia dilakukan oleh pemerintah setempat. Salah satunya dengan membentuk satuan khusus jihad melawan inflasi untuk membantu warga mengatasi kenaikan biaya hidup. Satuan itu dibentuk oleh Perdana Menteri Ismail Sabri Yakoob pada 29 Juni dan dipimpin oleh Annuar Musa.
Selain itu, Pemerintah Malaysia juga mengatur harga pagu atau ambang batas harga penjualan ayam 9,4 ringgit Malaysia per kg mulai 1 Juli. Ini adalah ayam yang telah diproses, dan dijual dengan kepala, kaki dan organ.
Baca Juga:
Mendag Budi Lepas Kontainer ke-400.000 Produk Makanan Olahan ke 15 Negara
Annuar mengatakan pemerintah sebelumnya telah meningkatkan distribusi subsidi kepada peternak ayam. Namun, subsidi tersebut akan dihentikan mulai 1 Juli.
Sementara itu, Indonesia akan segera melakukan ekspor ayam ke Singapura, seiring dengan larangan ekspor unggas yang dilakukan Malaysia. Menurut Singapore Food Agency (SFA), tiga perusahaan asal Indonesia diberi izin untuk mengekspor daging ayam dan produk daging ayam ke dalam negeri.
Dua dari perusahaan tersebut adalah anak perusahaan Indonesia dari konglomerat makanan yang berbasis di Thailand Charoen Pokphand, sedangkan satunya adalah anak perusahaan dari raksasa makanan beku Indonesia Japfa Comfeed.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Peternakan Direktorat Jenderal Peternakan Hewan Kementerian Pertanian Tri Mela Sari mengatakan tiga perusahaan yang terakreditasi belum mengekspor produknya ke Singapura.
"Seberapa cepat perusahaan-perusahaan ini dapat mulai mengekspor ayam ke Singapura akan bergantung pada negosiasi B2B (business-to-business) antara perusahaan Indonesia dan rekan-rekan mereka (Singapura). Berapa (daging ayam) yang akan diekspor juga bergantung negosiasi B2B," ujarnya.
Sebelumnya, Peternak unggas Malaysia mendesak pemerintah untuk mencabut larangan ekspor ayam ke Singapura. Desakan ini dikarenakan pasokan ayam dalam negeri sudah cukup stabil.
Penasihat Federasi Asosiasi Petani Ternak Malaysia (FLFAM) Jeffry Ng mengatakan pihaknya sedang dalam pembicaraan dengan pemerintah untuk mengakhiri larangan ekspor, yang berlaku sejak 1 Juni. Kebijakan larangan ekspor ayam hingga 3,6 juta ayam per bulan dilakukan karena masalah pasokan dan harga di Malaysia.
Beberapa pedagang ayam menjual ayam utuh di atas harga normal. Ini karena ada peningkatan biaya produksi, infeksi penyakit dan kondisi cuaca merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi operasional peternakan ayam.
Menanggapi larangan ekspor tersebut, Singapura yang mengimpor sekitar sepertiga pasokan ayam dari Malaysia mengumumkan akan membeli ayam dari Indonesia. [tum]