Konsumen.WahanaNews.co | Harga BBM subsidi jenis pertalite seharusnya Rp 14.450 per liter atau lebih mahal dari harganya saat ini, Rp 7.650 per liter. Hal itu diungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani.
"Kita jualnya hanya Rp7.650 per liter. Ada perbedaan Rp6.800 per liter itu harus kita bayar ke Pertamina. Itulah subsidi kompensasi," ujarnya saat menghadiri rapat kerja bersama DPD RI, di Gedung DPR/MPR RI, Kamis (25/8).
Baca Juga:
Bea Cukai Tindak 31.275 Perdagangan Ilegal di 2024, Menkeu: Potensi Kerugian Negara Rp3,9 Triliun
Sementara harga solar Rp 13.950 per liter atau di atas harganya saat ini Rp5.150 per liter. Artinya ada selisih Rp 8.800 per liter.
Pemerintah sudah menambah alokasi subsidi pemerintah dari Rp170 triliun menjadi Rp502 triliun. Namun, ia memperkirakan jumlahnya tidak akan cukup mengingat ada lonjakan harga minyak di atas asumsi awal pemerintah.
"Januari - Juli ini, harga rata-rata dari ICP minyak Indonesia di US$105, ada beda US$5. Yang kita mintakan US$100 tapi ternyata US$105," ujarnya.
Baca Juga:
Menkeu: Kemenkeu Dukung dan Berikan Bantuan Maksimal Kepada Seluruh K/L pada KMP
Selain itu, pemerintah juga menanggung subsidi lebih besar untuk LPG tabung 3 kg. Saat ini, harga LPG tabung 3 kg hanya Rp 4.250 per kg. Padahal, harga keekonomiannya Rp 18.500 per kg.
Saat ini, pemerintah masih mempertimbangkan berbagai opsi untuk menghadapi risiko jebolnya subsidi BBM.
Salah satu opsi yang dipertimbangkan adalah menaikkan harga BBM.
Sinyal tersebut makin kuat setelah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar mengungkapkan Presiden Joko Widodo akan mengumumkan kenaikan harga BBM subsidi pekan ini.
"Mungkin minggu depan (minggu ini) presiden akan mengumumkan mengenai apa dan bagaimana mengenai kenaikan harga (BBM) ini," ucap Luhut dalam kuliah umum di Universitas Hasanuddin, Jumat (18/7) lalu. [tum]