Konsumen.WahanaNews.co | Menteri Keuangan Sri Mulyani mewaspadai potensi terjadinya aliran modal keluar asing (capital outflow) setelah bank sentral AS, The Fed, menaikkan suku bunga 75 basis poin (bps).
"Kita tetap harus waspada terhadap kemungkinan dari gejolak capital flow karena kenaikan suku bunga yang sangat hawkish," ujarnya di Gedung DPR, Kamis (22/9).
Baca Juga:
Menteri Keuangan Terima Kunjungan President of Global Development Gates Foundation
Selain modal asing, Indonesia juga harus waspada terhadap dampak pertumbuhan ekonomi AS akibat kenaikan suku bunga itu.
Ini karena kondisi ekonomi AS akan mempengaruhi proyeksi ekonomi dunia dan akan berdampak pada harga komoditas.
Kendati, Sri Mulyani mengatakan gejolak capital flow sudah terjadi saat ini. Pada 2022, capital outflow dari negara emerging market disebutnya sudah terjadi dan bahkan cukup dramatis.
Baca Juga:
Indonesia Tunjukkan Ketahanan Ekonomi dan Komitmen Masa Depan pada Peluncuran Survei Ekonomi OECD 2024
"Ini yang menyebabkan banyak negara akan mengalami kondisi yang disebut pembiayaannya akan sulit atau pengelolaan utang mereka akan sangat sulit. Itu lah yang makanya IMF kemarin mengeluarkan lebih dari 60 negara kemungkinan akan menghadapi kesulitan di dalam pembiayaan mereka," ujarnya.
Sri Mulyani menambahkan proyeksi terhadap The Fed yang diperkirakan suku bunganya bisa mencapai di atas 4 persen tahun depan sudah dimasukkan di dalam perkiraan dinamika dari capital flow. Hanya setiap negara harus semakin memperkuat keamanan dan resiliensinya, terutama dengan neraca perdagangan.
"Kalau Indonesia Alhamdulillah neraca perdagangan kita masih surplus 28 bulan berturut-turut, cadangan devisa kita relatif tetap stabil," ujarnya.
Sebelumnya, The Fed mengerek suku bunga acuan sebesar 75 bps dari 2,25-2,5 persen menjadi 3-3,25 persen pada September 2022. Mengutip cnn.com, Kamis (22/9), suku bunga acuan AS tembus ke level tertinggi sejak krisis keuangan global pada 2008.
Hal ini sekaligus kebijakan terberat The Fed sejak 1980 dalam melawan inflasi yang melonjak beberapa waktu terakhir.
Gubernur The Fed Jerome Powell tak menampik bahwa kenaikan suku bunga acuan The Fed akan berdampak buruk bagi pengusaha dan rumah tangga di AS. Sebab, biaya kredit untuk barang-barang, seperti rumah, mobil, dan kartu kredit berpotensi ikut meningkat.
Ia mengakui situasi ekonomi di AS memang sedang memburuk beberapa waktu terakhir. Berdasarkan proyeksi The Fed, rata-rata tingkat pengangguran AS berpotensi tembus 4,4 persen pada 2023 atau lebih tinggi dari posisi sekarang yang hanya 3,7 persen.
"Tidak ada yang tahu apakah proses ini akan mengarah pada resesi atau jika demikian, seberapa signifikan resesi itu," ungkap Powell.
Ia menambahkan The Fed merevisi target pertumbuhan ekonomi AS sebesar 0,2 persen dari 1,7 persen. Namun, angka revisi itu masih jauh lebih rendah dari catatan Bank of America yang memproyeksi PDB AS turun 0,7 persen dari posisi 1,7 persen. [tum]