Konsumen.Wahananews.co | Krisis energi di Jerman semakin mengkhawatirkan. Di sisi lain, penggunaan gas meningkat jelang musim dingin Eropa.
Pemerintah Jerman mengeluarkan peringatan mendesak kepada konsumen agar menghemat penggunaan gas, terutama saat cuaca dingin, di tengah krisis energi yang melanda.
Baca Juga:
G2C2: Perempuan Muda Hadapi Krisis Iklim
Badan Jaringan Federal (BNetzA) mencatat penggunaan gas oleh rumah tangga dan industri kecil Jerman adalah 483 GWh pada minggu lalu. Angka ini naik 14,5 persen dari rata-rata penggunaan mingguan.
"Angka-angka untuk minggu itu sangat serius. Tanpa penghematan yang signifikan untuk konsumsi pribadi akan sulit untuk menghindari situasi darurat di musim dingin," imbuh Presiden BNetzA Klaus Mueller seperti dikutip dari Reuters, Jumat (30/9).
Ia mengatakan konsumsi gas pada minggu lalu memang bisa dimaklumi karena cuaca dingin. Namun, kata Mueller, angka itu tetap mengkhawatirkan.
Baca Juga:
Krisis Energi di Eropa, Kantor PBB di Jenewa Tutup Karena Tak Bisa Bayar Listrik
Jerman berada di fase dua dari tiga tahap darurat gas. Hal ini terjadi setelah aliran gas dari Rusia untuk negara itu turun signifikan.
Di samping berhemat, negeri Panzer membutuhkan lebih banyak impor gas dari beberapa negara tetangga mereka. Menurut Mueller, hal tersebut bisa membuat pasokan gas Jerman kembali stabil.
Rumah tangga dan industri kecil menyumbang 40 persen dari konsumsi gas nasional. Sedang sisanya disumbang oleh industri manufaktur besar.
Di sisi lain, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan pemerintah memasang 'payung pertahanan' hingga 200 miliar euro untuk menstabilkan ekonomi negara itu selama krisis energi.
Dana Stabilisasi Ekonomi (Economic Stabilization Fund/WSF) negara itu yang dibentuk selama pandemi covid-19 pada 2020, akan mengelola dan mendistribusikan bantuan negara.
Dengan peluncuran kembali dana tersebut, Jerman juga bereaksi terhadap situasi pasokan gas yang berubah dengan Rusia.
"Kami sangat siap untuk situasi ini. Tidak akan ada pasokan gas dari Rusia di masa mendatang," kata Scholz seperti dikutip dari Antara.
Jerman telah secara aktif mencari mitra dagang baru serta memperluas pembangkit listrik tenaga batu bara dan nuklir sejak dimulainya konflik Rusia-Ukraina.
Dua dari tiga pembangkit listrik tenaga nuklir Jerman yang tersisa masih dapat dioperasikan pada kuartal pertama 2023, meskipun ada rencana penghentian nuklir pada akhir tahun ini. [tum]