Konsumen.WahanaNews.co | Persiden Jokowi mengkhawatirkan dampaknya kenaikan harga BBM terhadap inflasi yang saat ini sudah cukup tinggi akibat lonjakan harga pangan. Tak ayal, pemerintah memilih menambah anggaran subsidi daripada menaikkan harga BBM.
Jokowi mengungkap alasan masih menahan harga bahan bakar minyak (BBM) subsidi, meski harga minyak global melambung tinggi.
Baca Juga:
Sekda Sulbar Ajak Pemerintah Daerah Perkuat Sinergi Kendalikan Inflasi di Wilayah
"Ini ada hitungan risiko. Kalau itu kita biarkan sesuai dengan harga pasar dan keekonomian, inflasi kita juga bisa meledak," ujarnya dalam wawancara eksklusif bersama CNBC Indonesia.
Menurut Jokowi, dengan harga minyak mentah saat ini, harga keekonomian pertalite Rp17.100 per liter. Sementara, Indonesia masih menjual di harga Rp7.650 per liter. Begitu juga solar harga keekonomiannya saat ini Rp19 ribu per liter namun Pertamina masih menjual Rp5.150 per liter.
Padahal, negara lain di dunia dikatakan sudah menaikkan harga pertalite menjadi Rp17 ribu per liter dan bahkan ada yang Rp31 ribu per liter.
Baca Juga:
BPS Sulawesi Barat Catat Inflasi Bulan ke Bulan 0,33 Persen Akibat Kenaikan Harga
Ia menambahkan pertamax pun saat ini harganya disubsidi sehingga hanya dijual Rp12.500 per liter, karena harga keekonomiannya sebetulnya Rp17.300 per liter.
Keputusan yang diambil pemerintah untuk mempertahankan harga ini lah yang membuat anggaran subsidi melonjak ke Rp502,4 triliun, yang sebelumnya hanya sekitar Rp170 triliun.
"Itu ada plus minusnya atau daya beli masyarakat menjadi turun atau lari lagi ke growth kita menjadi turun juga karena konsumsi rakyat menurun. Ini pilihan-pilihan. Memang sekali lagi dunia dalam keadaan sulit dan kita pun berada dalam posisi itu. Kita hanya memiliki keuntungan harga komoditas," pungkasnya. [tum]