Konsumen.WahanaNews.co | Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan stok gandum dalam negeri saat ini hanya bisa bertahan hingga maksimal Oktober. Meski demikian, ia tak menyebutkan berapa jumlah stok yang tersisa.
Menurutnya kebutuhan gandum untuk industri tanah air sebesar 11,8 juta ton setiap tahunnya. Namun, dengan penghentian impor yang dilakukan Ukraina sebagai negara produsen utama membuat gandum langka.
Baca Juga:
Rencana Tata kelola Kelapa Sawit Era Jokowi Dilanjutkan Prabowo
"Misalnya gandum kita butuh 11,8 juta ton dan hampir seluruh industri sudah mulai mempersiapkan (stok), relatif aman bulan September-Oktober," ujarnya dalam media briefing, Jumat (5/8).
Meski demikian, Airlangga mengatakan masyarakat tak perlu khawatir karena Ukraina kembali membuka keran ekspor gandum. Kapal kargo pembawa gandum Ukraina pun dikatakan sudah meninggalkan pelabuhan Odessa sejak 1 Agustus 2022.
"Kita lihat dari Odessa, salah satu kapal wheat sudah jalan. Ini mudah-mudahan akan menurunkan tekanan terkait gandum," jelasnya.
Baca Juga:
Airlangga Respons Bahlil soal Target Investasi Rp1.650 Triliun di 2024
Selain itu, untuk mengantisipasi kelangkaan gandum, pemerintah melakukan diversifikasi dengan mengembangkan sorgum di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT).
"Pemerintah sendiri menyiapkan subtitusinya, kemarin baru di rapat internalkan, yaitu dalam persiapan pengembangan sorgum dalam bentuk prototype di NTT Flores, juga pengembangan tanaman sagu sedang didalami oleh pemerintah, dan kesiapan dari cassava," kata dia.
Sementara, stok pangan lainnya seperti beras dikatakan masih ada 7 juta ton lagi. Begitu juga dengan jagung, kedelai, hingga daging, sehingga dipastikan stoknya aman hingga akhir tahun.
Menjaga stok ini bahan pangan ini diharapkan bisa menekan inflasi agar tak melonjak lebih tinggi lagi dari saat ini.
"Ini langkah-langkah yang dilakukan pemerintah untuk menjaga inflasi," pungkasnya. [tum]