Konsumen.WahanaNews.co | Dalam empat pekan terakhir, harga minyak mentah dunia anjlok sekitar 6 persen ke level terendahnya, pada Sabtu (18/6).
Kejatuhan harga minyak terjadi di tengah kekhawatiran kenaikan suku bunga acuan bank-bank sentral utama di dunia yang dapat memperlambat ekonomi global dan menyurutkan permintaan energi.
Baca Juga:
Jokowi Pikir-pikir Beli Minyak Rusia, Lebih Banyak Untung atau Ruginya?
Apalagi, dolar AS tengah gagah perkasa terhadap banyak mata uang asing. Dolar AS mendaki ke level tertinggi sejak Desember 2002.
Di sisi lain, keperkasaan dolar AS ini membuat harga minyak lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang non-dolar AS.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus jatuh 5,6 persen menjadi US$113,12 per barel. Sedangkan, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli merosot 6,8 persen menjadi US$109,56 per barel.
Baca Juga:
Menteri ESDM: Harga BBM Pertalite Berpeluang Turun
Posisi kedua harga minyak tersebut merupakan yang terendah sejak 20 Mei untuk Brent, dan 12 Mei untuk WTI. Persentase penurunannya pun menjadi penurunan harian terbesar sejak akhir Maret.
Sementara, tidak akan ada perdagangan minyak di AS pada Senin (20/6), karena AS merayakan hari libur Juneteenth.
"Harga minyak mentah jatuh karena dolar AS menguat. Selain itu Rusia mengisyaratkan ekspor minyak akan naik karena meningkatkan kekhawatiran resesi global," terang Analis Pasar Senior OANDA Edward Moya.
Mitra di Again Capital LLC New York John Kilduff mengingatkan kebijakan bank sentral di dunia mengetatkan moneter demi menghindari resesi dan memerangi inflasi pun menjadi faktor.
"Kebijakan bank-bank sentral membatasi pertumbuhan (ekonomi) lewat kenaikan suku bunga dan pengetatan moneter akan mendorong ekonomi dalam resesi. Ini yang akan memangkas permintaan energi," imbuh dia. [tum]