Konsumen.WahanaNews.co |Kasus babi mati akibat infeksi virus demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) mulai berkurang setelah sempat merugikan peternak hingga Rp77 miliar.
Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Sumba Barat drh. Hamadoku Wedo mengatakan pengurangan proporsi kerugian ditaksir bakal mencapai 56-60 persen jika upaya pencegahan melalui Kampanye Kesadaran ASF terus berlanjut.
Baca Juga:
Kenyamanan Pengunjung Terusik, Bangkai Babi Ditemukan di Pantai Pelabuhan Lama Sibolga
"Dinas Peternakan Sumba Barat juga melakukan upaya preventif pencegahan virus ASF melalui penyemprotan desinfektan di kandang-kandang babi dan penerapan biosekuriti," ujar Hamadoku dalam keterangan resmi, Minggu (4/9).
"Jika masyarakat menaati anjuran-anjuran yang dipaparkan pada kampanye ASF ini, kemungkinan pengurangan proporsi kerugian yang terjadi akibat ASF adalah sekitar 56-60 persen," lanjutnya.
Sebelumnya, Hamadoku menjelaskan kasus ASF di Sumba Barat pertama kali terjadi pada Maret 2020. Kasus kematian babi itu terus meningkat hingga Desember 2020, dengan jumlah ternak babi yang dilaporkan mati sebanyak 7.700 ekor.
Baca Juga:
Cegah Virus ASF pada Babi, Polda Sulut Tingkatkan Pengawasan di Perbatasan
Angka tersebut mengakibatkan kerugian finansial hingga Rp77 miliar, dengan persentasi peternak yang mengalami kematian babi sekitar 80 persen dari total peternak babi di Sumba Barat.
Dinas Peternakan Provinsi NTT bersama program kemitraan Australia-Indonesia, PRISMA, kemudian mengadakan Kampanye Kesadaran ASF sebagai bentuk pencegahan kasus tersebut. Hasilnya, Hamadoku mengklaim kejadian kasus penyakit dan kematian babi akibat ASF mulai berkurang sejak 2021 lalu.
Sementara itu, kampanye ASF rencananya bakal digelar ke berbagai daerah di NTT hingga 2023 mendatang.
Selain menyediakan layanan konsultasi langsung dengan dokter hewan, kampanye itu juga menggelar seminar, lokakarya, hingga pelatihan bagi peternak babi di wilayah NTT.
Sebelumnya, Dinas Peternakan Provinsi NTT juga menyatakan peternak merugi ratusan miliar rupiah karena 122 ribu babi mati terinfeksi demam babi Afrika.
"Jumlah ternak babi yang mati akibat virus ASF yang dilaporkan secara resmi ke kami sekitar 122 ribu ekor yang tersebar di 22 kabupaten/kota," ungkap Kepala Dinas Peternakan NTT Johanna Lisapaly, dikutip dari Antara, Selasa (26/7).
Pemerintah setempat kemudian berupaya mencegah dan mengendalikan penyebaran ASF melalui berbagai sosialisasi dan edukasi. Sejak hal itu dilakukan, Lisapaly mengaku belum menerima laporan kematian babi akibat ASF lagi hingga Juli 2022. [tum]