KONSUMEN.net | Ekonomi kreatif merupakan sektor ekonomi unggulan dan akan menjadi lokomotif penggerak bagi usaha lainnya termasuk UMKM. Hal itu dikatakan Staf Khusus Menteri Koperasi dan UKM Bidang Pemberdayaan Ekraf.
"Dalam ekonomi kreatif kita mengenal ada 17 subsektor industri kreatif dan empat basis pengembangan ekonomi kreatif, inovasi, seni budaya, teknologi, dan media. 17 sub sektor yang mengemuka masih di sektor kuliner, yakni 41 persen," ujar Fiki mengutip detikcom, Jumat (26/11/2021).
Baca Juga:
Dinas Pariwisata Magelang Ingatkan Pelaku Usaha Ciptakan Inovasi dan Publikasi Digital
Dalam Dialog Produktif Media Center Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN bertema 'Tumbuhkan Optimisme Lewat Ekonomi Kreatif', Fiki mengungkap di tahun 2020 sektor ekonomi kreatif menyumbang PDB hingga Rp 1.100 triliun dan menyerap 17 juta tenaga kerja.
Namun, masih ada isu dalam sektor ini yakni terkait digital gap. Menurutnya, jumlah pelaku ekonomi kreatif yang beroperasi secara digital masih rendah, sekitar 20,45%.
"Kunci dalam kondisi yang penuh tantangan ini adalah inovasi, mendorong produk dengan kreativitas, model bisnis yang tepat, adaptif, dan bertransformasi terkait digitalisasi dan teknologi," katanya.
Baca Juga:
Pj Gubernur Gorontalo Rudy Salahuddin Dorong Kesiapan Skala Produksi Ekonomi Kreatif
Fiki pun menilai kolaborasi bisa menjadi kunci pemulihan ekonomi nasional. Menurutnya, program pemulihan ekonomi ini bukan menjadi tugas Kementerian Koperasi dan UKM saja, tapi juga lintas Kementerian, pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Salah satunya, yang sudah dilakukan dalam Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia yang bisa menstimulasi dan memobilisasi keberpihakan konsumen Indonesia yang jumlahnya amat besar.
Menurutnya, melalui kolaborasi, berbagai pihak bisa mengoptimalkan pasar lokal. Bahkan, data mencatat ada 3,1 juta transaksi per hari dan ada kenaikan 35 persen pengiriman barang dalam Gerakan Nasional BBI. "Ini sangat signifikan," tuturnya.
Dalam kesempatan itu, CEO Chatbiz Terry Djony yang merupakan bagian dari ekonomi kreatif mengatakan saat pandemi pihaknya melakukan pelatihan sebab banyak usaha, terutama mikro, yang biasa berjualan offline tapi karena pandemi harus jualan online. Untuk itu, pelatihan dilakukan salah satunya mengenai cara menggunakan sosial media dan membuat foto produk dengan baik.