Analis Mirae Asset Sekuritas Juan Oktavianus saat ini juga memberi rating overweight untuk emiten sektor perkebunan di Indonesia. Ia meyakini, prospek CPO masih akan menarik pada sisa tahun ini seiring produksi di Malaysia yang masih cenderung rendah. Belum lagi, permintaan dari India masih akan mengalami kenaikan seiring bea pajak di sana diturunkan.
“Dari sisi produsen, kebijakan pemerintah yang merevisi pungutan ekspor CPO pada pertengahan tahun lalu akan meningkatkan margin para produsen. Hal ini menjadi katalis positif untuk kinerja emiten perkebunan,” imbuhnya
Baca Juga:
Kemendag Rilis Harga Referensi CPO Per Mei 2023
Pada tahun ini, Juan memproyeksikan average selling price (ASP) CPO akan berada di level RM 4.372 per ton. Sementara untuk tahun depan diproyeksikan akan sebesar RM 4.100 per ton.
Juan sendiri lebih memilih saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) ketimbang PT PP Londum Sumatera Tbk (LSIP) untuk saat ini.
Baca Juga:
Kemendag Rilis Harga Referensi CPO Per April 2023
Dia beralasan, AALI memiliki area penanaman yang lebih luas, yakni 289.000 dibanding milik LSIP yang hanya 96.000. Selain itu, dari FFB yield, AALI juga lebih tinggi, yakni 8,8x berbanding 7,2x, serta punya usia rata-ratan tanaman yang lebih produktif, yakni 15,5 tahun berbanding 16,9 tahun.
Berbeda dengan Juan, saat ini, Cheryl menjadikan LSIP sebagai top pick untuk emiten sektor perkebunan. Menurut dia, LSIP tengah mempersiapkan pertumbuhan produksi sawit 5% lebih tinggi dari tahun lalu. Pihak manajemen LSIP juga telah melakukan beberapa upaya seperti replanting, membuka lahan baru, dan pengoperasian pabrik sawit baru.
“Selain itu secara valuasi saham, LSIP masih di bawah rata-rata PE-nya dalam 3 tahun terakhir. Hal ini membuat LSIP secara valuasi, masih murah sahamnya dan punya prospek yang menarik ke depan,” katanya.